JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Diawali tendangan Fernando Morientes (Real Madrid) ke gawang Valencia pada 2000 hingga Divock Origi (Liverpool FC) ke gawang Tottenham Hotspur pada 2019. Ya, gol para striker selalu mewarnai final klub senegara dalam era Liga Champions.
Tradisi itu mungkin terputus dalam final edisi 2021 antara Manchester City versus Chelsea di Estadio do Dragao, Porto, dini hari nanti (siaran langsung SCTV pukul 02.00 WIB).
Sebab, all-English final ketiga setelah Manchester United versus Chelsea (2012) dan Liverpool kontra Spurs dua tahun lalu itu mempertemukan tim pengusung skema anti-striker murni.
Sepanjang musim 2020–2021, daftar pencetak gol teratas City adalah Ilkay Guendogan dengan 17 gol dan disusul Phil Foden (16 gol). Dua pemain yang berposisi sebagai gelandang. Sementara dua striker The Citizens, Gabriel Jesus dan Sergio Aguero, masing-masing hanya membukukan 14 gol dan 6 gol.
Ketika Jesus dan Aguero ditepikan, manajer City Pep Guardiola tidak risau dengan kemampuan mencetak gol timnya. Sebab, Pep bisa secara bergantian menjadikan gelandang serang Kevin De Bruyne, winger Raheem Sterling, gelandang Bernardo Silva, hingga Foden sebagai false nine.
Sementara itu, sejak Thomas Tuchel menggantikan Frank Lampard per 26 Januari lalu, Chelsea seolah menutup pintu starting XI rapat-rapat bagi dua striker mereka, Olivier Giroud dan Tammy Abraham.
Memang masih ada Timo Werner yang langganan starter. Tetapi, posisi terbaik pemilik julukan Turbo Timo itu sejatinya adalah wide attacker kiri.
Chelsea juga tidak lagi memiliki pencetak gol dari lini serang sejak menyingkirkan Real Madrid dari semifinal Liga Champions awal bulan ini.
Winger Hakim Ziyech, wingback kiri Marcos Alonso, bek Antonio Ruediger, gelandang Jorginho, dan wingback kiri Ben Chilwell merupakan pengisi scoresheet Chelsea sebelum terbang ke Porto.
“Kembali mengalahkan mereka (City, Red) dan kembali mencetak gol tentu spesial karena terjadi di final Liga Champions,” kata Ziyech seperti dilansir Football London.
Pemain asal Maroko itu adalah pahlawan kemenangan Chelsea saat mengalahkan City 1-0 dalam semifinal Piala FA di Wembley Stadium (18/4). Sebagai catatan, pencetak gol final tahun lalu adalah winger, yakni Kingsley Coman dari Bayern Muenchen.
Gengsi menjadi pembeda dalam final Liga Champions juga diusung Foden dan gelandang serang Chelsea Mason Mount. Dua pemain yang saat ini sama-sama merepresentasikan rising star asli Inggris.
Musim ini, perkembangan Foden memang luar biasa. Dia sukses mengungguli Raheem Sterling untuk perebutan starting XI di posisi wide attacker sisi kiri. Motivasi Foden semakin bertambah karena dia genap berulang tahun ke-21 kemarin (28/5).
“Aku tidak menyangka bahwa hadiah ulang tahunku adalah bermain di final Liga Champions. Sebuah pertandingan sepak bola yang selalu ingin aku tonton langsung semasa kecil,” beber Foden kepada Manchester Evening News.
Sementara itu, Mount membuktikan bahwa status sebagai anak emas di era Lampard tidak terbukti. Buktinya, pemain 22 tahun itu tetap jadi pilihan starting XI era Tuchel. Mount yang musim ini mengoleksi 9 gol di semua ajang sekaligus pemain nonstriker paling produktif di Chelsea.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi