MANCHESTER (RIAUPOS.CO) – Jangan pertemukan Erling Braut Haaland dengan memori manis pada masa lalu. Sebab, Haaland akan seperti kehilangan kekuatan untuk menciptakan gol.
Seperti yang terjadi saat Haaland ’’pulang’’ ke Signal Iduna Park, kandang Borussia Dortmund, pada 26 Oktober lalu. Dalam matchday kelima fase grup Liga Champions musim ini, Manchester City dipaksa bermain imbang tanpa gol dalam momen kepulangan Haaland tersebut.
Padahal, dalam laga-laga fase grup sebelumnya, Haaland selalu mampu mencetak gol. Dini hari nanti WIB, Haaland kembali dihadapkan dengan momen emosional melawan klub yang dia idolakan sejak kecil, Leeds United.
Dia pun akan datang ke Elland Road, tempat dirinya duduk di bench menyaksikan sang ayah Alf-Inge Haaland membela The Whites –julukan Leeds.
Haaland tertantang untuk tidak terjebak dalam memori manisnya sebagai pendukung Leeds (siaran langsung Vidio pukul 03.00 WIB).
’’Dia lahir di sini (Leeds). Ayahnya juga punya sejarah indah di klub ini. Di hatinya selalu ada klub ini, sesuatu yang bisa mengganggu fokusnya saat datang ke sini,’’ ujar tactician Leeds Jesse Marsch seperti dikutip dari laman Manchester Evening News.
Sekadar diketahui, Marsch juga sosok yang berpengaruh dalam mengasah kemampuan Haaland sebagai bomber ganas semasa masih menukangi RB Salzburg. Marsch dan Haaland bahkan sudah sering berkirim pesan sebelum bertemu dini hari nanti WIB.
’’Erling mengirimiku pesan setelah dia tahu jadwal yang akan mempertemukan kami saat Boxing Day. Dia berkata dia sangat antusias menjalani Boxing Day tahun ini. Selain karena reuni kami, juga klub ini (Leeds),’’ imbuh Marsch.
Momen emosional itu bahkan sudah ditunggu Haaland sejak dia baru diperkenalkan jadi striker utama The Cityzens –julukan City– musim ini.
Dia tidak menyebut Manchester United sebagai klub yang ingin dia hadapi di Premier League. Melainkan Leeds. Saking cintanya dengan klub dari West Yorkshire itu, dalam sebuah kesempatan ketika menandatangani jersey Dortmund pada 2021, Haaland ternyata mengenakan celana pendek untuk latihan di Leeds.
Hal-hal yang berbau Leeds lainnya juga dia sukai. Levelnya sampai pada pemain paling lama membela Leeds seperti Stuart Dallas. Gelandang yang sudah membela Leeds sejak 2015 itu pernah diajak bertukar jersey oleh Haaland. Tepatnya ketika Dallas memperkuat Irlandia Utara dan Haaland bersama timnas Norwegia dalam sebuah laga 2020 lalu.
’’Dia (Haaland) yang memintanya. Rasanya ini bukan hal tercerdas yang dilakukan karena kami menelan kekalahan 1-5 dan saya hanya bisa tertawa,’’ kenang Dallas.
Begitulah kecintaan Haaland kepada Leeds. Pada 2017, dia pernah mengucapkan janjinya kepada salah seorang pendukung Leeds ketika dia masih membela klub Norwegia, Molde FK.
Salah satu impian terbesarnya ketika itu adalah memenangi Premier League bersama Leeds.
’’Sebagai tambahan, salah satu target terbesarku adalah menjadi pemain yang lebih bagus dari ayahku. Saya berharap bisa mencatatkan lebih banyak kesempatan bermain ketimbang yang sudah dia lakukan (di Leeds),’’ tutur Haaland ketika itu.
Bedanya, pada musim pertamanya ini, Haaland sudah mulai memecahkan capaian ayahnya di City terlebih dahulu. Saat ini Haaland baru menjalani 24 pertandingan untuk City di semua ajang saat musim baru menjalani separo jalan.
Sang ayah, pada 2000–2001, menjalani 41 pertandingan pada musim pertamanya dalam semua ajang. Ayahnya bermain sebagai gelandang bertahan. Makanya, tidak bisa dibandingkan capaian golnya di City saat ini.
Setidaknya dengan kemenangan atas Leeds, ambisi Haaland melebihi capaian sang ayah yang tidak pernah membawa City juara Premier League bisa kesampaian.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman