(RIAUPOS.CO) -- Brasil memiliki rekor inferior melawan Paraguay jika pertemuan berlangsung di ajang Copa America. Empat pertemuan terakhir, Brasil kalah tiga kali dan hanya sekali seri. Dua kekalahan terakhir dialami pada fase yang sama, babak perempat final.
Karena itu, bentrokan Brasil versus Paraguay, Jumat (28/6) besok, di Arena do Gremio pada babak delapan besar Copa America 2019 ini, menjadi kesempatan terbaik Dani Alves dkk membalas dendam sekaligus memutus rekor buruk tersebut.
Nah, pada delapan besar Copa America 2015 Cile Brasil bermain imbang 1-1 dengan Paraguay. Dalam adu penalti, Canarinho menyerah 3-4. Mundur lagi empat tahun sebelumnya pada Copa America 2011 Argentina, setelah bermain 0-0 Brasil takluk 0-2 dalam adu penalti lawan Paraguay.
Winger kiri Brasil Everton mengatakan lolosnya Paraguay ke perempat final bukan cuma keberuntungan. Meski berstatus peringkat ketiga grup B dan tak mengemas satu pun kemenangan dari tiga matchday, kualitas La Albirroja tetap pantang dianggap enteng.
“Dua kali Paraguay mengeliminasi Brasil secara beruntun di Copa America. Mereka merupakan tim yang ulet, solid, dan mengejutkan,” kata Everton seperti dikutip ESPN kemarin (26/6).
Pemain yang dijuluki Cebolinha tersebut memberikan atensi kepada tiga pemain Paraguay yang bermain di klub-klub Brasil. Yakni Gatito Fernandez (kiper/Botafogo), Gustavo Gomez (bek/Palmeiras), dan Derlis Gonzalez (gelandang/Santos).
“Karena saya bertemu dengan mereka di liga, maka saya tahu betapa bagusnya kualitas mereka. Dan pelatih kami pasti sudah perhatian kepada para pemain tersebut,” ucap pemain yang membela Gremio itu.
Tite seperti dikutip Goal berkata timnya mulai menunjukkan keefektifan bermain di matchday ketiga melawan Peru (23/6). Tidak hanya mendikte permainan lawan namun juga akurasi tembakan lebih bagus.
“Pertandingan Brasil lawan Peru merupakan yang terbaik di ajang Copa America 2019 sejauh ini. Dan penampilan seperti lawan Peru itu harus dilanjutkan di laga berikutnya,” ujar pelatih berusia 58 tahun itu.
Dalam laga perempat final ini Brasil melakukan pergantian untuk posisi gelandang bertahan. Casemiro yang absen karena akumulasi akan digantikan Fernandinho. Gelandang Manchester City itu langsung dipasang padahal baru pulih dari cedera lutut kanan ketika lawan Venezuela (19/6).
Globo Esporte kemarin menulis kalau kekalahan dua penalti berturut memberikan trauma yang besar kepada Tite. Dalam sesi latihan di Granja Comary, Rio de Janeiro, Tite menggilir beberapa algojo penalti.
Lima nama pemain pertama yang ditunjuk adalah Roberto Firmino, Richarlison, Daniel Alves, Willian, dan Gabriel Jesus. Kemudian diganti lagi Philippe Coutinho, Firmino, Fernandinho, Willian, dan Alves.
‘‘Dengan variasi penendang ini, Tite tampaknya ingin memiliki banyak opsi siapa saja eksekutornya. Ada catatan khusus buat Jesus setelah gagal jadi eksekutor ketika lawan Peru,” tulis Globo Esporte.
Sementara itu, bek tengah Brasil Thiago Silva dalam wawancara dengan RMC Sport menuturkan ingin menutup karir dengan sempurna bersama timnas. Di usianya yang sudah 34 tahun tersebut, Silva berancang-ancang gantung sepatu.
Bek Paris Saint-Germain (PSG) itu mencontohkan Zinedine Zidane sebagai salah satu pesepak bola yang pensiun pada saat yang pas. Usai insiden menanduk Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006, Zidane pensiun.
Nah, pertandingan lawan Paraguay ini juga menjadi ajang pembuktian buat Silva. Pada Copa America 2011 lalu, Silva termasuk salah satu eksekutor yang gagal. Dalam adu penalti tersebut, empat penendang penalti Brasil semuanya gagal. Selain Silva, Elano, Andre Santos, dan Fred gagal menaklukkan kiper Paraguay Justo Villar.(zed)
Laporan JPG, Porto Alegre