(RIAUPOS.CO) -- Puasa medali kejuaraan dunia di sektor tunggal putra berlanjut. Jonatan Christie, satu-satunya harapan Indonesia yang tersisa di babak 8 besar, tersingkir. Dia tak mampu mengatasi perlawanan Sai Praneeth B, pemain India yang sehari sebelumnya menghajar Anthony Sinisuka Ginting, untuk meraih tiket semifinal. Dalam laga di St Jakobshalle, Basel, tadi malam, Jonatan menyerah 23-25, 14-21.
Sejak awal, laga memang berjalan superketat. Jojo—sapaan Jonatan—yang terlalu berhati-hati dan ragu menerapkan strategi membuat permainan Praneeth berkembang. Kejar-mengejar skor sangat ketat. Masalah dimulai saat mereka deuce di posisi 22-22. ‘’Saya ada problem sedikit di engkel. Sekali sempat bunyi,’’ ungkap Jojo, dalam pernyataan pers yang dikutip PP PBSI.
Pemain 21 tahun itu pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Sehingga dia trauma. Dia tak berani memaksakan pergerakan kakinya. Alhasil, permainannya di game kedua menurun drastis. Dia langsung tertinggal 3-11. Dengan segala upaya, dia sempat mendekatkan poin menjadi 12-15. Namun, keunggulan Praneeth sudah terlalu jauh untuk terus dikejar. Jojo pun menyerah.
‘’Iya, di game kedua tempo saya sudah kendor. Karena memang agak ngilu kalau buat gerak refleks,’’ ungkap Jojo. ‘’Apalagi kalau bola-bola jauh, biasanya kan kita harus maksa. Tapi tadi benar-benar kalau refleks sedikit, sudah berasa,’’ lanjut dia. Memang, berkali-kali Praneeth menempatkan bola di dekat net di sisi kanan Jojo, yang tidak bisa dijangkau.
Unggulan keempat itu mengungkap, problem engkel sudah dia rasakan sejak turnamen Indonesia Open Juli lalu. Tepatnya saat melawan Hans-Kristian Solberg Vittinghus di babak kedua. Kaki kiri yang terasa. Kondisi itu dia bawa sampai Japan Open. Untungnya, dia bisa mengatasi dengan baik. Jojo malah sukses melaju hingga final di turnamen itu.
Nah, dua hari sebelum berangkat ke Basel, engkelnya bermasalah lagi. Kali ini yang sebelah kanan. ‘’Cuma nggak sampai bunyi, jadi saya pikir nggak masalah,’’ tuturnya kecewa. Ya, kali ini pemain yang selalu bersikap positif itu tidak dapat menyembunyikan penyesalannya. Sebab, sejak awal dia memasang target minimal semifinal. Dan dia hanya selangkah menuju medali.
Namun, dia tetap bersyukur. Karena engkelnya tidak sampai cedera. Sepulang dari Basel, dia akan memulihkan kondisi dulu. ‘’Targetnya kan ke Olimpiade. Jangan sampai pas Olimpiade justru masalahnya terulang lagi. Kekalahan ini bisa dibilang 50-50 karena kaki dan ragu-ragunya saya. Di game pertama saya akui sempat ragu dalam menerapkan strategi,’’ tandas dia.(jpnn)