Mereka sukses menjadi jawara di Sydney International Rowing Regatta, Australia pada 25 - 31 Maret lalu. Kemudian, menggelar training camp digelar di Belanda sejak 20 Mei. Di sana, tim LM8+ mengikuti dua seri kejuaraan rowing Holland Beker. Hasilnya, Indonesia mampu meraih podium pertama dua seri tersebut. Catatan pada seri terakhir Holland Beker pada 30 Juni-1 Juli, Indonesia mengungguli Trinidad Tobago dengan catatan waktu 6 menit 14,75 detik dan Hongkong dengan waktu 6 menit 27,18 detik. ”Tidak ada yang surprise dengan capaian mereka hari ini (kemarin, red). Memang harusnya seperti itu,” ucap pelatih kepala Rowing Indonesia Boudewijn van Opstal.
Tak hanya itu, selama tiga bulan menjalani TC di Negeri Kincir Angin, masing-masing atlet juga dilakukan tes medis yang melibat praktisi sport science di sana. ”Macam-macam tesnya. Salah satunya melakukan tes analisis bio mekanik,” ucap Mr B (sapaan akrab Boudewijn van Opstal).
”Semua praktisi yang terlibat itu rekannya Mr B. Thank you meenir,” imbuh Budiman kepada pelatih asing itu.
Mr . B menyebut, bermain di kandang membawa motivasi lebih bagi anak asuhnya. Dukungan penonton yang hadir menjadi pelecut daya juang atlet untuk merengkuh gelar juara.
Kecam Kinerja Evans
Luis Milla Aspas biasanya selalu tenang dan kalem. Tapi, ekspresi pelatih timnas Indonesia U-23 itu berubah drastis saat sesi jumpa pers seusai laga melawan Uni Emirat Arab (UEA). Milla tak bisa menyembunyikan amarah dan kekecewaannya. Wasit Shaun Evans Robert pun menjadi sasaran kemarahan pelatih dari Spanyol itu.
Ya, Milla sangat kecewa. Sebab, Evans dianggap sebagai biang kerok kegagalan timnas melangkah ke 8 Besar. Wasit dari Australia itu memberikan dua penalti yang kontroversial buat UEA. Penalti pertama diberikan setelah Andy Setyo Nugroho melanggar Zayed Alameri pada menit ke-19. Zayed yang bertindak sebagai algojo berhasil menaklukkan Andritany Ardhiyasa. Timnas bisa menyamakan skor melalui Alberto Goncalves (52). Namun, lagi-lagi Evans memberikan penalti buat UEA pada menit ke-64. Evans menganggap Hansamu Yama telah menjatuhkan Shaheen Aldarmki. Padahal, dalam tayangan ulang terlihat, tak ada kontak fisik antara kedua pemain. Timnas akhirnya bisa memaksakan perpanjangan waktu setelah Stefano Lilipaly mencetak gol penyeimbang di masa injury time.
”Pemain UEA sangat luar biasa, berhasil membuat kami kalah. Pemain UEA adalah wasit,” sindir Milla dengan nada tinggi.
Milla makin kesal lantaran Evans membiarkan pelanggaran keras pemain UEA. Terutama pada menit ke-103, ketika Ilham Udin Armayn dilanggar Mohamed Alshamsi. Seharusnya, pelanggaran tersebut berbuah kartu merah kepada Alshamsi. Sebab, Ilham sudah berada dalam posisi menguntungkan untuk mencetak gol. ”Seharusnya, UEA bermain dengan 10 pemain saat itu. Tapi, justru wasit memberikan kartu kuning saja. Kami tuan rumah, tapi kok seperti ini,” keluhnya.
”Wasit hari ini (kemarin, red) tidak punya level untuk memimpin pertandingan. Dia tidak layak dilanjutkan di Asian Games,” lanjut Milla yang kali ini tak bisa menahan linangan air matanya.
Meski dirugikan keputusan wasit, Milla tetap bangga dengan perjuangan anak asuhnya. Apalagi, statistik menunjukkan bahwa timnas mendominasi penguasaan bola dan melepaskan total 19 tembakan. Sayang, mereka harus menyerah lewat adu penalti. Itu terjadi setelah tembakan dua algojo timnas, Septian David Maulana dan Saddil Ramdani, tak mampu membobol gawang Mohamed Alshamsi. Sementara itu, dari lima penendang UEA, hanya eksekusi Abdalla Ghanim Alalawi yang tak berbuah gol.
”Kami tidak berhak tereliminasi. Sepakbola itu kejam, tapi terima kasih. Paling tidak, pemain sudah memberi kebanggaan terhadap suporternya,” ucapnya.
Andritany Ardhiyasa sepakat dengan yang dikatakan pelatihnya. ”Penalti kedua itu tidak layak. Pertandingan kami dirampok wasit,” kecam kiper Persija Jakarta tersebut. Sebaliknya, kubu UEA merasa tak diuntungkan oleh wasit. ”Keputusannya tepat dan benar. Tidak ada yang salah,” ungkap pelatih UEA Magiet Skorza.(han/rid/c11/bas/jpg)