(RIAUPOS.CO) - Keberhasilan Lalu Muhammad Zohri menjadi juara dunia lari 100 meter U-20 diharapkan menjadi momentum bagi atlet-atlet lain menunjukkan potensi dan prestasinya. Dengan segala keterbatasan, keberhasilan Zohri menunjukkan Indonesia bisa berbicara dalam pentas dunia. Presiden menjanjikan apresiasi yang serupa bagi atlet muda yang mampu menunjukkan prestasinya.
Zohri bahkan disambut secara istimewa oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, kemarin. Atlet dari Nusa Tenggara Barat (NTB) itu datang ke Istana Bogor pukul 14.00 WIB dan disambut Jokowi di ruang Teratai.
Zohri menurut presiden telah mampu tampil sebagai sosok “orang besar”. Pasalnya, dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, dia bisa menjelma menjadi atlet yang memiliki prestasi tingkat dunia dan membanggakan masyarakat Indonesia. Presiden berharap, Zohri bisa menjaga performanya di lapangan.
Presiden juga menuturkan, saat ini, pihaknya mempersiapkan badan baru yang akan mengelola talenta-talenta muda Indonesia. Bukan hanya di bidang olahraga. Harapannya, negara bisa memiliki database terkait bibit-bibit muda bertalenta dan bisa ditangani secara maksimal.
Semoga semua ini serius dan bukan bagian dari sebuah semangat yang membuncah saja yang kemudian hilang. Sebab sebenarnya Indonesia juga punya juara dunia karate yang terlupakan. Naman Fauzan Noor atlet karate asal Kalimantan Selatan. Ia memenangi kumite (perkelahian) kejuaraan dunia karate tradisional (ITKF) di Praha, Republik Cheska, pada awal 2018 lalu.
Sebelum jadi juara dunia nasibnya sama susahnya dengan Zohri. Bedanya setelah mereka jadi juara dunia, Zohri mendapatkan hal yang sepantasnya. Fauzan tidak. Hidupnya tetap pahit. Padahal tidak gampang menjadi juara dunia di cabang olahraga keras macam karate. Karate, mungkin tidak sepopuler sepakbola, badminton, tinju, tenis, maupun atletik. Tetapi, menjadi juara dunia karate tradisional (dasar karate) punya gengsi tersendiri.
Tak ada yang menawarinya jadi TNI/Polri. Bahkan melamar jadi Satpol PP saja ditolak. Sedih. Tapi itulah kenyataan di negeri ini. Tidak semua anak bangsa yang jadi juara dunia menikmati seperti apa yang dinkmati Zohri. Ia mungkin hanya melihat dari jauh perbedaan nasibnya dengan Zohri saat dijamu Presiden di istana. Tapi dia tetaplah pahlawan bangsa ini meski dilupakan oleh bangsanya sendiri.***