DAMPAK COVID-19

Nasib Kompetisi Bergantung Koordinasi dengan Gugus Tugas

Olahraga | Sabtu, 20 Juni 2020 - 07:53 WIB

Nasib Kompetisi Bergantung Koordinasi dengan Gugus Tugas

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kata Yoyok Sukawi, akan ada koordinasi antara PSSI dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Itu terkait dengan larangan menghelat kegiatan olahraga yang mengandung sentuhan fisik, termasuk sepakbola. Persoalannya, kenapa PSSI tak berkoordinasi dulu dengan gugus tugas sebelum menghelat rapat exco (executive committee/komite eksekutif)? Padahal, rapat exco itu hanya berselisih beberapa jam dengan dengar pendapat Komisi X DPR dan Ketua Gugus Tugas Doni Monardo yang berlangsung Rabu siang (17/6).

Adapun rapat exco yang diikuti 15 anggotanya itu berlangsung melalui WhatsApp (WA) pada Rabu malam. Dan, hasilnya, 12 anggota exco setuju Liga 1 dan Liga 2 dilanjutkan lagi pada September dan Oktober mendatang. Dengan syarat yang berbeda-beda.


"Saya rasa ini masalah komunikasi dan koordinasi saja," papar Yoyok, anggota Komisi X DPR sekaligus anggota Exco PSSI, kepada Jawa Pos (JPG), kemarin (19/6).

Masalah sepenting melanjutkan dua kompetisi strata teratas di Tanah Air, di tengah pandemi yang telah menelan begitu banyak korban, tidakkah sepatutnya itu dikomunikasikan dulu secara matang? Alhasil, akibat "masalah komunikasi dan koordinasi saja" itu, nasib kompetisi pun jadi tanda tanya lagi.

Dalam rapat dengar pendapat di DPR, Doni menyebut bahwa sebenarnya olahraga adalah salah satu kegiatan dengan risiko yang rendah untuk dilakukan selama masa pandemi. Sebab, pada dasarnya olahraga adalah bagian tidak terpisahkan dalam penanganan Covid-19.

"Kecuali olahraga tertentu yang sifatnya sentuhan fisik, seperti halnya (sepakbola, kemudian juga basket," ujarnya.

Sejumlah olahraga yang menggunakan bola, pelaksanaannya memang tidak bisa terhindar dari potensi sentuhan, bahkan benturan fisik.

Misalnya, sepakbola, futsal, basket, voli, rugbi, hoki, dan polo air. Artinya, sepak bola masih masuk kategori risiko sedang atau tinggi. Yang masuk kategori risiko rendah yang tidak akan dilarang. Yakni, olahraga yang potensi kontak fisiknya minim atau bahkan tidak ada sama sekali. Di antaranya, lari atau joging.

Namun, Yoyok tetap berkeyakinan, jika sudah ada koordinasi antara PSSI dan gugus tugas, akan ada kelonggaran bagi sepakbola. Kelonggaran yang  mengizinkan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 dilanjutkan. Tentu dengan syarat ketat melalui protokol kesehatan.

Apalagi, lanjut Yoyok, PSSI sudah membakukan lima pedoman protokol kesehatan dalam sepak bola. Itulah yang akan jadi kunci bagi PSSI untuk mendapat izin dari gugus tugas. Pedoman protokol kesehatan itu saat ini sedang dalam proses untuk disampaikan kepada seluruh member PSSI.

Tapi, Hasnuryadi Sulaiman, satu-satunya anggota exco yang menolak kompetisi dilanjutkan, berpendapat berbeda dari Yoyok. Kepada JPG dia menjelaskan, meski ada protokol kesehatan, dia tidak yakin 100 persen pemain, pelatih, ofisial, hingga perangkat pertandingan terhindar dari virus Covid-19.

"Lalu, apa ada jaminan juga September atau Oktober pasti sudah aman? Saya setuju bangsa ini harus optimis, tapi juga harus realistis dan waspada," terang Hasnur yang juga CEO Barito Putera itu.

Jika alasan kompetisi harus diputar kembali karena kepentingan timnas Indonesia U-19 untuk Piala Dunia U-20 tahun depan, Hasnur menyarankan PSSI mencari cara lain di luar memutar lagi kompetisi. "Ini juga untuk  menghindari kebijakan yang coba-coba,  tidak pasti, dan berubah-ubah," katanya.(rid/byu/c10/ttg/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook