JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Tahun sudah hampir berganti. Artinya, promosi-degradasi (promdeg) pelatnas PBSI Cipayung segera dilaksanakan. Bagi para badminton lovers yang berharap sejumlah nama diganti, harus siap-siap kecewa. Sebab, PBSI bakal mempertahankan pemain yang pada 2019 sudah masuk SK Prioritas. Termasuk, dua tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani.
Anggota pelatnas prioritas memang sejak awal diproyeksikan untuk merebut tiket ke Olimpiade Tokyo 2020. Sehingga, tidak akan dicoret. "Tahun depan fokusnya ke sana (Olimpiade, red)," kata Susy kemarin. "Tapi tahun depan kami berencana membuat pengelompokan atlet berdasarkan prioritas masing-masing selama setahun itu. Dibagi sesuai target," lanjut dia.
Keputusan mempertahankan para pemain tunggal putri itu memang terpaksa. Selain Jorji (sapaan Gregoria) dan Fitri, belum ada pemain lain yang masuk peringkat 20 besar dunia. Saat ini, keduanya masih memegang status sebagai pemain terbaik yang dimiliki oleh Merah Putih. Meskipun performa mereka masih jauh dari harapan.
Jorji pada awal 2019 berada di jajaran 15 besar dunia. Namun, setelah serangkaian hasil buruk, dia terjun bebas ke peringkat 28. Baru dua pekan terakhir naik ke posisi 24. Dari 21 turnamen yang diikutinya tahun ini, capaian terbaik Jorji adalah babak perempat final.
Untuk mengalahkan para pemain elite dunia, Jorji belum mampu. Secara teknik memang ada perubahan. Performanya membaik sejak kehadiran Rionny Mainaky sebagai pelatih kepala tunggal putri. Namun faktanya dia memang belum juara sama sekali. Dalam klasemen race to Olympic 2020, dia ada di posisi 18. Padahal, hanya 16 pemain terbaik yang lolos.
Fitriani, sementara itu, secara kasat mata penampilannya lebih buruk daripada Jorji. Dia memang sempat membuat kejutan dengan menjuarai Thailand Masters pada Januari lalu. Namun, setelah itu performanya terus menurun. Dia langganan terhenti di babak pertama dan kedua turnamen. Di SEA Games 2019, dia bahkan kalah oleh pemain-pemain yang peringkatnya jauh di bawahnya.
"Memang tunggal putri harus kerja ekstra keras. Tahun lalu dan tahun ini tunggal putri secara ranking banyak menurun. Ini jadi pekerjaan rumah kami juga," tutur Susy. "Tapi bagaimana caranya kami ingin loloskan dulu mereka ke Olimpiade. Lalu untuk perbaikan, mestinya tak cuma ranking tapi juga prestasi," lanjut peraih emas Olimpiade 1992 Barcelona dan perunggu 1996 di Atlanta itu.(eca)
Laporan JPG, Jakarta