PIALA DUNIA 2022

Analisis Persaingan Fase Grup G: Mencari Sosok Pendamping Tim Samba

Olahraga | Sabtu, 19 November 2022 - 04:00 WIB

Analisis Persaingan Fase Grup G: Mencari Sosok Pendamping Tim Samba
Skuad Brasil berlatih di Continassa, Turin, sebagai persiapan jelang Piala Dunia 2022. (ISABELLA BONOTTO/AFP)

DOHA (RIAUPOS.CO) - Swiss dan Serbia kembali menjadi pesaing Brasil di fase grup Piala Dunia. Persaingan makin sengit karena ada raksasa Afrika yang bangkit kembali, Kamerun.

Kapten sekaligus gelandang Swiss Granit Xhaka tidak mau lagi mengungkit selebrasinya di Kaliningrad Stadium pada Piala Dunia Rusia 2018. Yaitu, selebrasi kepak sayap elang setelah membobol gawang Serbia.


Gol yang mengawali comeback Swiss ketika menaklukkan Serbia 2-1 dalam matchday kedua Grup E. Itulah satu-satunya kemenangan fase grup La Nati –julukan Swiss– di Rusia yang cukup meloloskan mereka ke fase knock-out sebagai pendamping Brasil. Dua laga lainnya adalah menahan seri Brasil (1-1) dan imbang kontra Kosta Rika (2-2).

”Semuanya berjalan bagus terkait sisi permainan melawan Serbia, kecuali sayap elang. Saya seharusnya tidak melakukannya,” sesal Xhaka dalam wawancara dengan Blick.

Xhaka termasuk satu di antara pemain Swiss yang punya latar belakang etnis Albania. Selain Xhaka, ada Xherdan Shaqiri. Albania dan Serbia pada masa lalu punya sejarah politik yang kelam.

Keluarga Xhaka dan Shaqiri disebut-sebut termasuk korban dari konflik di wilayah Balkan tersebut. Ayah Xhaka pernah dipenjara di Serbia.

”Sekarang saya tahu bahwa saya harus berhati-hati untuk tidak melakukannya lagi. Masih banyak hal positif yang bisa saya lakukan,” beber Xhaka yang musim ini sukses membantu Arsenal memuncaki klasemen Premier League.

Dengan materi skuad separuh di antaranya alumnus Piala Dunia 2018, pelatih Swiss Murat Yakin konfiden melanjutkan tren La Nati yang selalu lolos dari fase grup Piala Dunia dalam tiga edisi terakhir Piala Dunia. Portugal dan Spanyol sudah menjadi korban Swiss dalam UEFA Nations League.

”(Ketika mampu mengalahkan tim seperti Portugal dan Spanyol) kami pun yakin bisa mengalahkan Brasil,” koar Yakin di laman resmi FIFA.

Menurut Yakin, tetap memiliki pemain senior sebagai para pemimpin dalam tim bisa menjadi pembeda terkait persaingan di grup G. Selain Swiss, Brasil tetap menyertakan pemain sarat pengalaman Dani Alves yang sudah berusia 39 tahun dan mengoleksi 124 caps.

Hal itulah yang tidak dimiliki Serbia. Skuad Dragan Stojkovic sudah kehilangan nama senior seperti Branislav Ivanovic, Aleksandar Kolarov, dan Nemanja Matic. Ketiganya telah gantung sepatu dari Orlovi –julukan timnas Serbia– selepas Piala Dunia 2018.

Sementara itu, Kamerun tidak memiliki nama pembeda. Kapten sekaligus striker Vincent Aboubakar memang tampil bagus dalam Piala Afrika 2021 yang dihelat awal tahun ini. Tapi, kualitas Aboubakar untuk level Piala Dunia belum teruji.

”Pesaing Brasil di fase grup adalah tim-tim yang tidak takut menghadapi siapa pun. Brasil harus berhati-hati dengan tidak mengesampingkan lawan,” kata Cafu, pandit sekaligus mantan bek kanan legendaris Brasil.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook