PIALA DUNIA 2022

Lupakan Strategi Memasukkan Spesialis Penendang Penalti

Olahraga | Minggu, 18 Desember 2022 - 21:30 WIB

Lupakan Strategi Memasukkan Spesialis Penendang Penalti
Para pemain Argentina merayakan kemenangan atas Belanda pada perempat final Piala Dunia Qatar 2022. (ALBERTO PIZZOLI/AFP)

DOHA (RIAUPOS.CO) - Kemenangan Prancis 4-2 atas Kroasia di Rusia empat tahun lalu mengakhiri tren final Piala Dunia yang tidak selesai dalam waktu normal.

Antara lain, gol tunggal pada babak waktu tambahan oleh gelandang serang Mario Gotze yang memenangkan Jerman atas Argentina dalam final edisi 2014. Juga, gol gelandang serang Spanyol Andres Iniesta dalam kemenangan atas Belanda pada final 2010 di Soccer City, Afrika Selatan.


Sementara pada 2006, final antara Italia versus Prancis diakhiri dengan adu penalti yang dimenangkan Gli Azzurri –sebutan Italia– dengan skor 5-3. Menilik kekuatan skuad kedua tim dan prediksi bursa maupun pandit, final di Lusail Iconic Stadium malam (18/12/2022) ini WIB diprediksi tidak akan tuntas dalam 90 menit.

Artinya, kans besar penentuan juara dilakukan lewat adu penalti. Itu berarti akan menjadi yang kedua bagi Argentina setelah perempat final kontra Belanda (10/12) dan kali pertama bagi Prancis selama berlaga di Piala Dunia Qatar.

Seandainya adu penalti terjadi, pelatih Argentina Lionel Scaloni maupun koleganya dari Prancis, Didier Deschamps, disarankan untuk tidak memasukkan pemain yang dianggap sebagai spesialis penalti pada babak waktu tambahan. Hal itu mengacu analisis data Nielsen Gracenote.

Dari tujuh pemain ”spesialis penalti” yang masuk pada babak waktu tambahan di Piala Dunia maupun Piala Eropa (Euro), semuanya gagal. Lima di antaranya malah memberi andil kekalahan timnya. Dimulai pada Piala Dunia 2006. Pelatih Inggris Sven Goran Eriksson memasukkan bek Liverpool FC Jamie Carragher pada menit ke-119 untuk adu penalti lawan Portugal di perempat final.

Baca Juga : Momentum Bagus

Pengalaman dan ketenangan yang diharapkan dari bek yang akrab disapa Carra itu berbuah kegagalan saat bertugas sebagai algojo keempat. The Three Lions takluk 1-3.

Sedekade kemudian, di Euro 2016, giliran perjudian pelatih Antonio Conte kepada striker Simone Zaza yang tidak berhasil dalam perempat final lawan Jerman. Zaza menjadi penendang gagal pertama dari Gli Azzurri. Dia dimasukkan hanya beberapa detik sebelum babak waktu tambahan berakhir untuk menggantikan Giorgio Chiellini.

Momen memorable lainnya adalah kegagalan striker Marcus Rashford dan winger Jadon Sancho di final Euro 2020 pada tahun lalu. Di Piala Dunia 2022, mereka yang gagal adalah winger Spanyol Pablo Sarabia dan bek tengah Maroko Badr Benoun dalam duel di 16 besar.

Sama-sama masuk di pengujung babak waktu tambahan sebagai yang diharapkan sukses dalam adu penalti, Sarabia dan Benoun tidak mampu menjalankan tugas masing-masing. Penelitian ilmiah memberikan konklusi bahwa pemain yang diturunkan terlalu mepet dengan adu penalti, padahal dia dipersiapkan untuk adu penalti, mengalami ”kurang pemanasan”.

”Hal itu menunjukkan fakta bahwa untuk keterampilan khusus seperti tendangan penalti, jika Anda baru saja masuk sebagai pemain pengganti, Anda kurang mampu melakukan keterampilan motorik dengan akurasi yang sama karena Anda kurang siap,” beber Matt Miller-Dicks, dosen ahli ilmu olahraga dan kesehatan dari Universitas Portsmouth, kepada Reuters.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook