MOSKOW (RIAUPOS.CO) - Kroasia membuat sejarah di Piala Dunia 2018. Negeri dengan populasi hanya 4 juta penduduk itu sukses melangkah ke partai puncak untuk menantang Prancis di Stadion Luzhniki (15/7).
Hebatnya, tim yang dikalahkan adalah negara-negara unggulan dengan populasi berkali lipat lebih banyak. Di antaranya, Argentina (43 juta), Inggris (53 juta), bahkan tuan rumah Rusia (144 juta).
Namun, dengan jumlah penduduk yang sedikit, Kroasia mampu menghasilkan para pemain penuh talenta. Jawabannya tak lain karena Luka Modric dkk tumbuh dari berbagai ’’akademi sepakbola’’ internasional. Mario Mandzukic, misalnya, pernah mencicipi ilmu sepak bola di Jerman (TSF Ditzingen). Lalu, Ivan Rakitic yang lahir di Swiss tertempa dalam akademi milik FC Basel. Ivan Perisic juga mengasah bakatnya di tim junior Sochaux.
’’Saya tidak perlu mengajari mereka (Modric dkk) tentang sepak bola atau banyak berbicara taktik karena saya sudah memiliki sekumpulan pemain fantastis,’’ kata pelatih Kroasia Zlatko Dalic sebagaimana dilansir ESPN.
Memang tidak semua pemain tertempa di luar negeri. Kroasia beruntung karena punya dua klub raksasa yang sangat concern dengan perkembangan sepak bola, Dinamo Zagreb dan Hajduk Split. Dua klub yang memenangi 25 titel dari 27 musim perhelatan Prva Liga (kompetisi kasta teratas Kroasia) itulah produsen skuad Kroasia dari generasi emas Davor Suker dkk di Piala Dunia 1998 hingga Modric dkk. Meski, Dinamo dan Hajduk harus rela mendapat label sebagai selling club.(dra/jpg)