PROFIL KONTESTAN PIALA DUNIA 2022, PRANCIS

Melawan Kutukan Juara Bertahan

Olahraga | Kamis, 10 November 2022 - 08:46 WIB

Melawan Kutukan Juara Bertahan
Para pemain Prancis foto bersama jelang pertandingan, beberapa waktu lalu. (AFP UNTUK RIAUPOS.CO)

Prancis masuk gelanggang Piala Dunia 2022 Qatar dengan status juara bertahan. Dengan skuad mewah, Tim Ayam Jantan menjadi salah satu favorit turnamen edisi ke-22 ini.

Laporan JPG, Doha


NAMA-nama besar seperti Kylian Mbappe, Karim Benzema, Hugo lloris, Ousmane Dembele, Olivier Giroud, Ferland Mendy, Benjamin Pavard, Lucas Hernandez, Theo Hernnadez, hingga Antoine Griezmann adalah garansi kekuatan Les Bleus. Mereka adalah bintang-bintang besar yang bermain di klub elite Eropa.

Kombinasi mereka dengan bintang muda seperti Jules Kounde, Dayot Upamecano, William Saliba, Ibrahima Kounate, Eduardo Camavinga, Aurélien Tchouaméni, Youssouf Fofana, dan Christopher Nkunku jelas sangat menakutkan bagi lawan manapun.

Sehingga, tidak berlebihan kalau kemudian seluruh prediksi pakar sepak bola memasukkan jawara Piala Dunia 1998 dan 2018 itu dalam daftar unggulan atau favorit mereka.

Yang sedikit mengkhawatirkan pelatih Didier Deschamps hanya kemungkinan absennya para jenderal lapangan tengah andalan mereka. N’Golo Kante yang sudah dibekap cedera berbulan-bulan dipastikan tidak akan tampil di Qatar. Sementara Paul Pogba yang menjalani operasi September lalu kembali mengalami cedera dan perlu keajaiban untuk melihat dia beraksi di Qatar.

Apalagi, Deschamps baru-baru ini sudah menegaskan bahwa ia tidak akan berjudi dengan membawa pemain yang tidak fit untuk laga pertama. Ia belajar dari kasus Piala Dunia 2002.

"Sudah jelas dan klir. Itu yang saya katakan. Saya tidak pernah memulai dengan pemain yang cedera untuk kompetisi besar. Satu-satunya hal yang pasti adalah saya tidak akan mengambil pemain yang tidak bisa bermain di awal kompetisi," tegasnya di The Mirror.

Deschamps sebenarnya masih punya Eduardo Camavinga, Aurélien Tchouameni, dan Youssouf Fofana yang bisa mendampingi Adrien Rabiot. Namun, mereka jelas belum sampai pada level Kante ataupun Pogba.

"Tentu saja, itu akan menjadi kehilangan besar. Sekarang pelatih akan membuat pilihannya. Saat Anda memulai kompetisi, Anda harus memiliki kepercayaan diri yang besar pada semua pemain yang dipilih. Kemudian terserah kepada semua pemain terpilih untuk menciptakan sinergi ini dan membuat kita kuat bersama," kata kapten Prancis, Hugo lloris di L’Équipe.

Pengaruh dari hilangnya para gelandang andalan sudah dirasakan Prancis di UEFA Nations League 2022/2023. Berstatus juara bertahan, mereka hanya mampu finis ketiga di belakang Kroasia dan Denmark.

Tapi Deschamps menegaskan bahwa dia sama sekali tidak khawatir dengan hasil mengecewakan Les Bleus dalam beberapa bulan terakhir. Termasuk fakta bahwa mereka hanya memenangkan satu dari enam pertandingan terakhir mereka.

"Kami adalah juara bertahan dunia. Ketika Anda berada di puncak, sulit untuk melakukan yang lebih baik. Sangat normal bagi sebuah tim untuk sedikit kurang berhasil, tetapi Prancis tetap menjadi kekuatan yang sangat kompetitif dan berada di antara tim-tim top di Eropa dan dunia," tegas Deschamps di situs FIFA.

Prancis tergabung di Grup D bersama Australia, Denmark, dan Tunisia. Di atas kertas, harusnya hanya Denmark yang perlu mereka cemaskan. Namun, pelatih berusia 54 tahun itu tidak mau meremehkan lawannya.

"Kami sadar bahwa tidak ada pertandingan yang akan mudah. Ini adalah kompetisi terberat di dunia dan kami harus memastikan kami tampil lebih baik dari semua lawan kami," jelas Deschamps.

Selain masalah gelandang dan performa yang sedikit menurun, Prancis juga menghadapi kutukan juara bertahan Piala Dunia.  Dalam enam edisi Piala Dunia sebelumnya, juara bertahan tersingkir di fase grup.

Pada Piala Dunia 1950 dan 1966, Italia dan Brasil mengalaminya. Setelah itu, kutukan juara bertahan menimpa Prancis di Piala Dunia 2002 Jepang-Korea Selatan empat tahun setelah mereka meraih trofi pertamanya di kandang sendiri.

Saat itu, Prancis yang tergabung di Grup A dipermalukan Senegal dan Denmark serta bermain imbang kontra Uruguay. Dengan hanya mengemas satu poin, Prancis finis sebagai juru kunci grup.

Kutukan juara bertahan berlanjut di tiga edisi terakhir; 2010, 2014, serta 2018. Italia yang juara di Jerman pada 2006, sudah harus mengemas koper dan meninggalkan arena Piala Dunia 2010 Afrika Selatan dengan hanya memainkan tiga laga fase grup setelah mereka berada di posisi buncit.

Di Piala Dunia 2014, giliran Spanyol yang mengalami pahitnya kisah juara bertahan. Hanya finis ketiga di belakang Belanda dan Cili di Grup B, Tim Matador dipaksa pulang lebih awal dari Brazil.

Sementara pada edisi terakhir di Rusia empat tahun lalu, Jerman menjadi korban kutukan sang juara bertahan. Berada di Grup F bersama Swedia, Meksiko, dan Korea Selatan, Tim Panzer, julukan Jerman hanya mampu meraih tiga poin dan harus pulang dalam rombongan penerbangan pertama.

Prancis akan membuka turnamen dengan laga kontra Australia pada 22 November. Ini akan menjadi kunci kiprah mereka di Qatar. Jika mereka menelan hasil buruk, Les Blues yang akan menghadapi Denmark di laga kedua dan Tunisia pada partai ketiga bukan tidak mungkin kembali akan merasakan bagaimana pedihnya kutukan juara bertahan.(amr/eca)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook