JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Asosiasi Bulu Tangkis Jepang mengeluarkan kebijakan penting Senin (9/3). Mereka melarang para pemainnya yang bertanding ke luar negeri untuk segera kembali ke Jepang.
Namun larangan untuk kembali itu tidak akan memutus harapan para atlet untuk berlaga di Olimpiade 2020. Pada 8 Maret, tim Jepang sudah berangkat ke Inggris mengikuti All England 2020. Setelah turnamen itu, para pemain akan terus tinggal di Inggris selama satu pekan. Setelah itu mereka terbang ke Malaysia, India, Singapura, dan negara-negara lain untuk ikut kejuaraan seri BWF Tour.
Mereka dijadwalkan kembali ke Jepang pada akhir April. Biasanya, para pemain bulu tangkis menghabiskan waktu selama tiga pekan di luar negeri untuk kompetisi. Namun, di tahun ini, untuk kali pertama para pemain akan tinggal di luar negeri selama 50 hari. Selain itu, ada beberapa negara yang sudah menolak para pelancong dari Jepang.
Selain itu, otoritas bulu tangkis Jepang juga khawatir, jika nanti para pemain sudah kembali ke Jepang, bakal ada tambahan larangan perjalanan ke luar negeri. Jadi, mereka akan kehilangan kesempatan berlaga di luar negeri.
Untuk mencegah tertularnya virus korona, asosiasi memberikan masker kepada para pemain dan memeriksa suhu tubuh mereka setiap hari. Asosiasi juga mempertimbangkan mengubah aturan akomodasi tim saat di luar negeri.
Para pemain juga butuh lebih banyak waktu dan energi untuk persiapan tur jangka panjang di luar negeri. "Di Inggris dan Malaysia, lingkungannya akan sangat berbeda. Sehingga sulit untuk mempersiapkan," kata tunggal putri Jepang nomor empat dunia Nozomi Okuhara seperti dilansir surat kabar The Asahi Shimbun.
"Tapi saya percaya bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan baik," tambahnya.
Hal serupa juga dikatakan pemain ganda putra Jepang Takeshi Kamura. Dia merasa prihatin dan khawatir. Termasuk apa yang bakal dia makan selama di luar negeri. "Untuk menghindari virus, saya membawa bahan makanan sendiri," ucapnya.
Editor: Rinaldi
Sumber: Jawapos.com