JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Bulan depan, tepatnya pada 21 Februari, Herman Dzumafo Epandi menapak usia 41 tahun. Meski begitu, belum ada rencana pemain asal Kamerun itu untuk pensiun.
Tawaran untuk bergabung berdatangan di tengah mandeknya kompetisi di Indonesia. Penyerang yang kali pertama merasakan atmosfer sepak bola Indonesia pada 2007 bersama PSPS Pekanbaru itu masih laris manis. Tawaran juga datang dari luar Indonesia.
"Tawaran kemarin sempat ada. Satu di Oman dan dua dari sini (klub Indonesia lain)," bebernya saat dihubungi Jawa Pos, Selasa (5/1). Namun, pemain bertinggi 186 sentimeter itu tidak mengungkapkan klub mana saja yang siap menampungnya.
Bagaimana responsnya? Dzumafo menyatakan sudah tidak ingin pindah klub. Selain merasa betah bersama Bhayangkara Solo FC, dia menilai saat ini bukan saatnya lagi untuk berpindah klub. "Sudah capek ganti tim," tuturnya.
Dzumafo memang kerap kali berganti kostum. Di Indonesia, beberapa klub pernah dibelanya. Mulai PSPS Pekanbaru (2007–2012), Arema Indonesia (2012), Persib Bandung (2012–2013), Sriwijaya FC (2013), dan Mitra Kukar (2014).
Lalu ada Persegres Gresik United (2014), Persela Lamongan (2016), PSPS Riau (2017), hingga Bhayangkara sejak 2018. Karir hebatnya dirasakan ketika membela PSPS Pekanbaru dengan mencetak 55 gol dari 111 penampilan.
Konsentrasi Dzumafo saat ini adalah menjaga kondisi badan mengingat usianya yang sudah tak muda. Meski sudah bisa dikatakan sebagai pemain uzur, Dzumafo mengaku masih ingin bermain. "Saya harap liga bisa kembali bergulir," ucapnya.
Dzumafo sendiri sadar akan semakin sulitnya menjaga kondisi tubuh agar tetap prima di usianya saat ini. "Memang susah, tapi harus punya motivasi yang luar biasa. Semua bisa gampang kalau kita cinta dengan sepak bola," ujar pemain yang juga pemilik klub Liga 3 asal Riau Pekanbaru United tersebut.
Karena itu, selain rutin latihan setiap hari meski dilakukan sendiri, pemain kelahiran Douala, Kamerun, itu menjaga asupan gizi dengan makanan sehat dan tidur tepat waktu.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi