MOSKOW (RIAUPOS.CO) – Selama ini, Roman Abramovich memang identik dengan Chelsea. Taipan Rusia itu menjadi big boss Chelsea selama 19 tahun (2003–2022) sebelum digantikan Todd Boehly pada musim panas lalu.
Ternyata, ketika masih memiliki Chelsea, Abramovich diduga secara ilegal terlibat dalam akuisisi klub Eredivisie SBV Vitesse Arnhem pada 2010. Seperti laporan The Guardian mengutip kebocoran cache file milik MeritServus yang berbasis di Siprus, Abramovich mengeluarkan EUR 117 juta (Rp1,92 triliun) untuk membeli Vitesse.
Abramovich hanya bekerja di balik layar. Yang melakukan akuisisi dan kemudian menjadi chairman adalah Merab Jordania. Pria asal Georgia itu bak boneka Abramovich untuk pengambilalihan Vitesse.
Cara tersebut dilakukan untuk menyiasati aturan UEFA yang melarang duo kepemilikan klub oleh satu orang dalam kompetisi antarklub Eropa untuk mencegah konflik kepentingan. Hanya, Jordania menyangkal dan menyatakan dia meminjam uang Abramovich.
”Akuisisi (Vitesse, red) adalah proyek pribadiku. Ketika memulai proyek tersebut dengan dana yang kurang memadai, aku menggunakan uang teman-temanku. Terutama Abramovich,’’ beber Jordania seperti dilansir The Guardian.
Akuisisi Vitesse kala itu sekaligus merupakan kali pertama klub Belanda dimiliki oleh investor asing. Penyelewengan aturan UEFA tak hanya berhenti pada era Jordania. Ketika Jordania melepas Vitesse pada 2013 untuk diambil alih pengusaha Rusia, Alexander Chigirinsky hingga 2018, aliran dana Abramovich ditengarai terus mengalir. Sebab, Chigirinsky juga rekanan Abramovich.
Saat ini, Vitesse dimiliki oleh pengusaha AS, Coley Parry. Aroma Abramovich pun masih diembuskan karena Parry memiliki keterikatan dengan mantan chairman Chelsea era Abramovich, Bruce Buck.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman