BBM BISA JADI TAMBAH MAHAL

Harga Minyak Dunia Terus Bergerak Naik

Nasional | Sabtu, 30 September 2023 - 13:15 WIB

Harga Minyak Dunia Terus Bergerak Naik
Petugas melayani pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) pertalite di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Jakarta, Kamis (31/8/2023). (SALMAN TOYIBI/JAWAPOS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Harga minyak mentah dunia yang dalam beberapa bulan terakhir terus merangkak naik hingga di atas 90 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak dunia ini dikhawatirkan memicu adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

Pengamat energi Komaidi Notonegoro mengungkapkan, harga minyak dunia adalah komponen terbesar dalam pembentukan harga BBM. Direktur Eksekutif Reforminer Institute ini menjelaskan, komponen harga minyak dalam pembentukan harga BBM sekitar 55-60 persen. Tergantung pada kualitas minyak atau jenis bensin atau solar.


Sementara 40 persen lainnya adalah komponen distribusi dari biaya pengiriman, pengolahan di kilang, sampai margin termasuk pajak-pajak baik PPN atau Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). "Artinya kalau 40 persen tetap ketika harga minyak naik atau yang 60 persennya ini akan menjadi bobot, karena lebih dari 50 persen otomatis naik," tutur Komaidi, dikutip Sabtu (30/9).

Menurutnya, kalaupun pemerintah memaksakan untuk tidak menaikkan harga BBM, hal itu terasa berat. "Kecuali yang naik hanya pajaknya, karena porsinya tidak terlalu besar. Tetapi ketika yang naik porsinya 55-60 persen, daya ungkitnya besar. Jadi, mau nggak mau disesuaikan," jelas Komaidi.

Dia pun menyatakan bahwa fakta tentang krusialnya harga minyak dunia terhadap harga BBM nonsubsidi harus terus diinformasikan ke masyarakat. Sehingga bisa meminimalisasi potensi gejolak yang timbul saat ada kenaikan harga BBM, ketika harga minyak dunia juga naik.

"Pemerintah perlu sampaikan proporsional ke publik sama-sama memberi edukasi ke publik bahwa sesuatu yang naik turun itu wajar karena bahan bakunya naik turun, tetapi ketika nanti turun ya harus responsif turunkan sehingga konsumen menjadi terbiasa dan merasa diperlakukan secara adil," ujar Komaidi.

Sementara itu, Josua Pardede, ekonom dari Bank Permata, menyatakan memang sudah sewajarnya badan usaha memiliki kewenangan dalam menentukan harga BBM nonPSO (nonsubsidi) karena BBM tersebut sama sekali tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga BBM nonPSO tentu saja terkait dengan harga minyak mentah dan nilai tukar, distribusi dan biaya angkut.

"Juga mempertimbangkan aspek persaingan dengan badan usaha hilir migas lainnya," kata Josua.

Beberapa korporasi yang bermain di bisnis BBM di Tanah Air juga sudah melakukan perubahan harga mengikuti pergerakan harga minyak dunia. Harga minyak dalam beberapa pekan terakhir bertengger di atas level 90an dolar AS per barel dan terus bergerak naik.

Mengutip Reuters, Brent berjangka untuk pengiriman November pada Jumat, berada di posisi USD 95,38 per barel. Sementara harga minyak Brent berjangka pengiriman bulan Desember yaitu USD 93,10 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun menjadi USD 91,71 per barel.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook