JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kericuhan akibat aksi demonstrasi di sekitaran Gedung DPR/MPR, Senin (30/9) membuat beberapa ruas jalan di ibu kota menjadi macet parah. Hal ini langsung dimanfaatkan oleh tukang ojek online (ojol) maupun ojek pangkalan (opang). Mereka menaikan tarif ojek hingga tiga kali lipat.
Seperti terlihat di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kepadatan warga terlihat sedang menunggu ojek online. Namun, mereka sulit mendapatkannya. Salah seorang warga, AW, 39, mengaku harga ojek online naik karena driver tidak ingin menggunakan aplikasi.
Dari aplikasi ojek online tertera dari Stasiun MRT Lebak Bulus ke Pamulang hanya Rp 27 Ribu. Sedangkan, oknum ojek online meminta Rp 90 ribu. “Karena ngga dapat-dapat lewat aplikasi, di situ (bawah Stasiun MRT) banyak ojek online. Saya tanya mau engga ke Pamulang, kata dia mau aja, tapi engga pakai aplikasi ya bu. Berapa saya tanya, kata dia Rp 90 ribu,” tutur ibu dua orang anak itu.
Mendengar harga tersebut, dia langsung kaget. Nila sapaan akrabnya langsung meninggalkan tukang ojek online itu dan memilih untuk menaiki angkot untuk pulang ke rumahnya. “Saya bilang busyet deh bang, ga usah ngetok kali harganya. Ya kalau mau bu, engga mau gapapa, terus saya tinggal aja,” ungkapnya.
Daripada ongkos ojek online yang mahal, kata dia, lebih baik untuk membeli kebutuhan rumah seperti daging. Akhirnya, dia pun mampir ke Pasar Ciputat untuk membeli daging.
Sementara itu, warga lainnya yang tidak bisa menggunakan KRL dari Stasiun Palmerah mendapatkan tarif ojek pangkalan yang cukup tinggi. Pria yang tinggal di Parung Panjang itu, diminta tarif yang tinggi. Yaitu dari Tanah Abang ke Kebayoran Lama yaitu Rp 200 ribu. “Mahal banget, digetok harganya sama opang,” tutur dia singkat.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal