M Tabrani, Lawan Debat M Yamin saat Tentukan Isi Teks Sumpah Pemuda

Nasional | Sabtu, 28 Oktober 2023 - 14:13 WIB

M Tabrani, Lawan Debat M Yamin saat Tentukan Isi Teks Sumpah Pemuda
Suasana Museum Sumpah Pemuda di Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/10). Museum sumpah pemuda masih melakukan penutupan sementara untuk kunjungan masyarakat umum. Dari tahun ke tahun museum ini ramai dikunjungi warga pada peringatan sumpah pemuda 28 Oktober. (DOK JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pada 28 Oktober 1928 adalah momentum Kongres Pemuda II, di mana hingga kini diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Di tanggal itulah Bahasa Indonesia lahir seperti dikutip dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di situs resminya.


Pada momentum tersebut, para pemuda bertekad untuk Menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Mufakat soal bahasa tersebut tidak muncul lewat diskusi yang adem ayem. Poin bahasa persatuan itu sudah dibahas sejak Kongres Pemuda I yang dihelat pada 1926.

Pada Kongres Pemuda itu, ada satu sosok penting bernama Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, atau sering disebut sebagai M Tabrani.

Tabrani, aktivis Jong Java, adalah Ketua Panitia Kongres Pemuda I. Dia pula orang yang maju ke kantor polisi untuk melobi izin menyelenggarakan Kongres Pemuda 30 April-2 Mei 1926.

Dijelaskan oleh Maryanto dalam tulisan "Sang Penggagas Bahasa Persatuan Indonesia" yang dimuat di situs Badan Bahasa Kemdikbud, Tabrani lahir di Pamekasan, Madura, pada 10 Oktober 1904.

Dia juga adalah wartawan harian Hindia Baru. Sebelum Kongres Pemuda I digelar, Tabrani sudah menulis soal Bahasa Indonesia.

Dalam kolom "Kepentingan" di harian Hindia Baru terbitan 10 Januari 1926, dia menerbitkan tulisan bertajuk "Kasihan".

Isinya adalah gagasan awal menggunakan nama Bahasa Indonesia. Tabrani menyebut Bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan di tengah keberagaman bahasa daerah orang Indie (Hindia Belanda).

Namun saat itu, bahasa seperti yang saat ini kita pakai disebut sebagai bahasa Melayu saja. Istilah Bahasa Indonesia belum terlalu lazim. Namun bukan berarti Bahasa Indonesia tidak bisa ada dari ketiadaan.

"Bangsa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bangsa Indonesia itu! Bahasa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bahasa Indonesia itu!" demikian tuis Tabrani di koran Hindia Baru, 11 Februari 1926.

Aktivis Jong Sumatranen Bond, Mohammad Yamin, menyanggah gagasan Tabrani soal Bahasa Indonesia.

"Bahasa Indonesia tidak ada; Tabrani tukang ngelamun," demikian kata M Yamin yang tercatat dalam Otobiografi Tabrani sendiri.

Begini bunyi putusan Kongres Pemuda I, dikutip dari buku B Sularto "Dari Kongres Pemuda Indonesia Pertama ke Sumpah Pemuda".

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Melajoe.

Cermatilah poin ketiga, bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan. Itu adalah ide dari M Yamin yang didukung oleh Sekretaris Panitia Kongres Pemuda I, Djamaludin. Persis poin ketiga itulah Tabrani tidak setuju terhadap Yamin.

"Alasanmu, Yamin, betul dan kuat. Maklum lebih paham tentang bahasa daripada saya. Namun, saya tetap pada pendirian. Nama bahasa persatuan hendaknya bukan bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia. Kalau belum ada harus dilahirkan melalui Kongres Pemuda Indonesia Pertama ini," kata Tabrani.

Tabrani berpandangan, bila bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan maka bahasa Melayu bakal terkesan sebagai bahasa imperialisme terhadap bahasa daerah yang lainnya di Indonesia.

Karena Tabrani tidak setuju, maka putusan Kongres Pemuda I itu tidak menjadi putusan final.

Keputusan terakhir ditunda sampai Kongres Pemuda II pada 1928. Singkat cerita, Yamin berlapang dada dengan argumen Tabrani. Poin ketiga dari Kongres Pemuda I diubah pada putusan Kongres Pemuda II, bunyinya menjadi sebagai berikut:

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Riwayat singkat Tabrani

Nama lengkap: Mohammad Tabrani Soerjowitjitro
Tempat tanggal lahir: Pamekasan Madura, 10 Oktober 1904
Wafat: 12 Januari 1984
Makam: TPU Tanah Kusir, Jakarta

Pendidikan:
- HIS, Mulo, AMS, dan OSVIA (Sekolah PNS pribumi)
- Pernah menuntut ilmu di Universitas Berlin dan Universitas Köln
- Pendidikan stenografi bahasa Jerman di Den Haag Belanda, selesai 1929

Pekerjaan:
- 1925: Jurnalis Hindia Baru (Hindia Baroe) Jakarta, sampai menjadi ketua redaksi
- 1930-1932: Pemimpin majalah mingguan Revue Politik
- 1932: Direktur dan kepala redaksi harian Pemandangan dan mingguan Pembangoenan Jakarta.
- 1932-1936: Pemimpin "Sekolah Kita" di Pamekasan Madura
- 1940: Bekerja di Dinas Penerangan Pemerintah
- 1942: anggota pusat redaksi harian Tjahaja

Pergerakan:
- Aktivis Jong Java
- 1926: Ketua Panitia Kongres Pemuda I
- 1935: Ketua Partai Rakjat Indonesia (PRI) Jakarta

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook