TEPIAN NAROSA KEMBALI BERGEMURUH SETELAH DUA TAHUN

Melihat Gaung Pacu Jalur di Kabupaten Kuansing

Nasional | Kamis, 28 Juli 2022 - 09:14 WIB

Melihat Gaung Pacu Jalur di Kabupaten Kuansing
Puluhan jalur antre di pancang star Tepian Narosa, Telukkuantan saat pacu jalur, beberapa tahun lalu. (DOK.RIAUPOS.CO)

TELUK KUANTAN (RIAUPOS.CO) - Pacu Jalur berawal abad ke-17. Jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan. 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Jalur yang terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan panjang hingga 27 meter dan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu) itu sudah diperlombakan sejak tahun 1903.


Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat, dan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda, Wihelmina yang jatuh pada 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur pada zaman Belanda dimulai pada 31 Agustus hingga 2 September setiap tahunnya.

Sempat terhenti dua tahun karena Covid-19, kerinduan masyarakat Kuansing dengan pacu jalur di Tepian Narosa, Telukkuantan tahun ini akan terobati. Sorak sorai puluhan bahkan ratusan ribu penonton di sepanjang arena bakal kembali terdengar.

Syaratnya, Covid-19 tidak lagi muncul di negeri yang berjuluk Kota Jalur ini. Sebab, terhentinya pacu jalur dua tahun belakangan diakibatkan oleh paparan virus mematikan itu menjalar hampir di seluruh pelosok negeri.

Saat ini, hampir tak terdengar lagi virus itu. Bahkan, pacu jalur tahun 2022, sudah sah bisa digelar lagi. Itu ditandai dengan jadwal dan tempat pacu jalur yang disampaikan Pemkab Kuansing melalui pengumuman di media.

Tahun ini, ajang uji coba, latihan bersama di beberapa kecamatan sudah digelar dan ada yang sedang berlangsung. Bahkan, beberapa jalur yang menjadi "raja" saat ajang uji coba sudah lahir.

Jika dilihat antusias penonton selama ajang uji coba dan latihan bersama di beberapa tempat, jumlah penonton diperkirakan dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya.

Jika situasi ini terjadi di Tepian Narosa Telukkuantan nantinya, maka Kota Telukkuantan akan jadi lautan masyarakat. Karena, pada tahun-tahun sebelumnya, setiap pacu jalur digelar di Tepian Narosa, Kota Telukluantan macet total hingga malam hari.

Pacu jalur yang diadakan tahun ini adalah ajang balas dendam, ajang pelepas dahaga, pelepas rindu yang sudah sampai ke ubun-ubun. Tidak heran jika masyarakat Kuansing lebih memilih menabung untuk pacu jalur daripada Hari Raya Idulfitri atau pun tahun baru.

Saat gelaran pacu jalur, hampir seluruh desa seperti kampung mati. Tidak ada aktivitas, tidak ada kegiatan lain. Bahkan, hampir tidak ada orang yang lalulalang di desa saat pacu jalur. Pemandangan ini biasanya terlihat dari siang sampai malam.

Dalam situasi itu lebih tepat disebut mencekam. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang memadamkan listrik untuk menjaga keamanan rumah dari kebakaran. Sebab, jika di saat pacu jalur terjadi kebakaran di pedesaan, maka tidak akan tertolong. Semua orang berada di Kota Telukkuantan. Jikapun ada, itu tentu masyarakat yang sudah tua dan warga yang sakit.

Semua masyarakat tumpah ruah di Kota Telukkuantan. Seperti yang pernah disampaikan pihak Polres Kuansing pada tahun 2019, bahwa jumlah masyarakat yang hadir di Kota Telukkuantan saat prosesi pacu jalur setiap hari lebih kurang 250 ribu jiwa.

Dengan jumlah sebanyak itu, tidak berlebihan jika sorak sorai penonton saat menyaksikan jalurya berpacu seperti mendengar gemuruh. Apalagi penonton yang berada di tangga batu.

Tahun ini, apakah suara gemuruh itu akan masih terdengar? Jawabanya tentu iya. Bahkan suara itu akan melebihi suara gemuruh. Alasannya, selain menumpahkan kerinduan setelah dua tahun tidak melihat pacu jalur, tahun ini pacu jalur juga akan dibuka oleh Menteri Pariwisata RI, Sandiaga Uno.

Pengamat pacu jalur, Darwis kepada Riau Pos, Selasa (26/7) menyebutkan animo masyarakat tahun ini lebih tinggi. Ini terlihat saat pacu jalur di ajang latihan bersama dan ajang uji coba yang dilaksanakan di berbagai kecamatan. Jumlah penonton mencapai dua kali lipat dari tahun-tahun lalu.

"Kita melihat pacu jalur ajang uji coba di Kecamatan Pangean beberapa hari lalu. Masyarakat tumpah ruah. Tak ada ruang untuk duduk santai. Seluruh tribun penonton berdesakan. Ini belum pernah kita jumpai selama ini. Ternyata, begitu rindunya masyarakat Kuansing dengan pacu jalur," ujar Darwis.

Menurut Darwis yang juga dikenal sebagai komentator ulung dalam pacu jalur ini, pacu jalur tahun 2022 ini merupakan momentum untuk mengangkat budaya pacu jalur bisa dikenal dan disaksikan oleh turis mancanegara.

"Pemkab sudah mengagendakan Pacu Jalur tahun 2022 akan dibuka langsung oleh menteri pariwisata. Mari kita tunjukkan kepada Pak Menteri Sandiaga Uno bahwa pacu jalur ini merupakan budaya yang memiliki nilai tinggi," harap Darwis.

Maka dari itu, imbau Darwis, seperti yang selalu disampaikan panitia pacu jalur setiap tahun bahwa, setiap jalur harus melengkapi seluruh atribut dalam pelaksanaan pacu jalur.

"Saya hanya mengingatkan, di hadapan pak menteri nanti, setiap jalur harus punya tukang onjai, tukang timbo ruang dan tukang tari. Dan ini harus dipatuhi hingga sampai pancang finish. Ini adalah bentuk keseriusan kita dalam menaikkan budaya pacu jalur di level nasional," kata Darwis.

Jalur-jalur dari kecamatan mana saja yang harus diwaspadai? Darwis menjawab, dari Kecamatan Hulu Kuantan. Sebab, menurut Darwis, jalur-jalur dari Kecamatan Hulu Kuantan ini selalu menjadi utusan jalur terbanyak masuk hari final di berbagai gelangggang.

"Hulu Kuantan punya banyak jalur andalan. Kalau jujur kita bandingkan dengan kecamatan lain, bahwa dari 11 jalur yang ada di Kecamatan Hulu Kuantan, separonya adalah jalur-jalur ternama," beber Darwis.

Sebut saja, lanjut Darwis, Bintang Emas Cahaya Intan, Palimo Olang Putie, Sang Ratu Helmina, Singa Kuantan, Siligi Biso Pulau Kiambang, Pendekar Hulu Bukit Tabandang, termasuk Siluncur Keramat Sakti.

"Tahun ini, kita akan selalu dikejutkan oleh penampilan jalur-jalur baru. Seperti yang terjadi di Pangean. Jalur Untuang Sakoto dan Singa Ngarai merupakan jalur baru dengan nama lama yang sudah menorehkan prestasi. Sebelumnya, jalur-jalur ini hampir tidak pernah terdengar dalam 10 tahun terakhir," kata Darwis.

Di Kecamatan Gunung Toar nanti, akan bertemu jalur-jalur andalan masing-masing kecamatan. Arena Tepian Teluk Bayur ini akan menjadi saksi pertarungan jalur-jalur ternama. "Kita tunggu, dari ajang ini nanti, kita sudah hampir bisa memastikan jalur mana yang paling cepat di Kabupaten Kuansing," kata Darwis.

Sementara itu, Plt Bupati Kuansing, Drs H Suhardiman Amby Ak MM meminta kepada masyarakat Kuansing supaya bersama menyukseskan pacu jalur. Ia juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaksanaan pacu jalur ajang uji coba dan latihan bersama yang dilaksanakan di beberapa kecamatan.

"Kalau pacu jalur yang diagendakan pemkab hanya tiga. Masing-masing di Kecamatan Kuantan Mudik, Kecamatan Kuantan Hilir, dan Kecamatan Kuantan Tengah. Ini merupakan rayon lama. Dengan tiga lokasi tersebut maka seluruh jalur bisa berpacu di masing-masing rayon," kata Suhardiman Amby.

Untuk jadwal pacu jalur kebudayaan Kecamatan Kuantan Mudik, tepatnya di Tepian Saidina Ali akan dilaksanakan pada 4-6 Agustus 2022. Setelah itu, akan digelar di Kecamatan Kuantan Hilir bertempat di Tepian Lubuok Sobae pada 14-16 Agustus 2022.

Sedangkan acara puncak yang merupakan event nasional di Tepian Narosa Telukkuantan akan digelar selama empat hari yakni 21-24 Agustus 2022.

Suhardiman Amby yang saat itu didampingi Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kuansing Drs Azhar MM juga meminta kepada masyarakat supaya tetap menjaga protokol kesehatan. Sehingga pacu jalur yang sudah di depan mata bisa terlaksana dengan baik. Diperkirakan peserta event nasional tahun ini bisa mencapai 200 jalur.

"Ini momentum kita. Selain memperkenalkan budaya kita kepada Pak Menteri, pacu jalur bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Baik yang berjualan maupun yang memanfaatkan lahan rumah untuk parkir," kata Suhardiman Amby.

Terkait parkir, salah seorang warga Hulu Kuantan bernama Haryanto mengaku keberatan dengan tarif parkir yang dipungut sebagian tukang parkir. Bahkan, dirinya yang saat itu menggunakan kendaraan roda empat mengaku pernah dimintai uang Rp60 ribu sekali parkir.

"Ini harus menjadi catatan bagi Dinas Perhubungan. Tarif ini harus diseragamkan. Jangan karena tarif parkir yang mencekik ini akan mencoreng nilai kebudayaan kita. Sewajarnyalah, kalau motor Rp5 ribu, mobil Rp10 ribu," saran Haryanto.

Menanggapi hal ini, Kadis Perhubungan Kabupaten Kuansing, Marhumala Pontas menjawab bahwa tarif parkir akan diatur. Dalam waktu dekat, pihaknya akan mengeluarkan imbauan kepada pengelola parkir.

"Sedang dibuat perbupnya. Tapi belum keluar. Sesuai perbub itu, tarif parkir kendaraan roda dua Rp5 ribu, sedangkan roda empat Rp10 ribu. Kita berharap, tarif parkir saat pacu jalur tidak memberatkan pengunjung," tutur Marhumala Pontas. ***


Laporan Mardias Can, Telukkuantan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook