KUALALUMPUR (RIAUPOS.CO) -- Peta perang politik terkait masa depan pemerintahan Malaysia akhirnya terlihat. Setelah rangkaian rapat semenjak Selasa (25/2), tiga kubu akhrinya tercipta. Kubu pro Anwar Ibrahim; kubu pro Mahathir Mohamad; dan kubu pro pemilu ulang.
Kemarin (26/2), dua tokoh politik besar akhirnya buka suara berbarengan dengan selesainya wawancara kerajaan oleh Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah. Dimulai dari pidato Mahathir yang disiarkan langsung stasiun TV nasional. Pria 94 tahun itu memastikan bahwa dia ingin tetap memegang status kepala negara Malaysia.
"Pertama saya ingin meminta maaf kepada semua warga Malaysia atas kekacauan ini," ujarnya seperti yang dilansir oleh New Straits Times.
Mahathir menjelaskan bahwa faktor utama pengunduran dirinya adalah tuduhan dari beberapa politisi. Beberapa bulan terakhir, banyak anggota parlemen yang menuding Mahathir tak ingin menyerahkan kursi perdana menteri kepada Anwar Ibrahim. Padahal, janji itu sudah diucap saat kampanye pemilu 2018.
Tak sampai satu jam, sang rival Anwar menggelar konferensi pers. Di sana, dia memastikan bahwa koalisi Pakatan Harapan mengusungnya sebagai kandidat perdana menteri. Itu artinya, 62 anggota parlemen yang terdiri dari tiga partai tak lagi memberi dukungan untuk Mahathir.
"Mahathir menolak undangan rapat penyelamatan pemerintah Pakatan. Karena itu, dewan presidensial memutuskan mencalonkan Anwar Ibrahim," paparnya kepada The Star.(bil/jpg)