WASPADA COVID-19

Pasien OTG Berpotensi Bawa Virus Corona Selama 45 Hari

Nasional | Rabu, 24 Juni 2020 - 15:51 WIB

Pasien OTG Berpotensi Bawa Virus Corona Selama 45 Hari
Ilustrasi.(DOK.RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pasien tanpa gejala atau Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19 tak merasakan dirinya sakit seperti demam, batuk, atau sesak napas seperti gejala infeksi virus Korona. Tapi, OTG bisa menularkan virus Korona kepada orang lain yang rentan seperti lansia atau mereka yang punya penyakit komorbit. Bahkan, seorang OTG bisa membawa virus itu di dalam dirinya dan melepaskan virus kepada siapa saja selama 45 hari.

Dilansir dari AsiaOne, Selasa (23/6/2020), menurut sebuah penelitian terbaru di Tiongkok, OTG bisa melepaskan virus lebih lama dibandingkan mereka yang memiliki gejala. OTG disebut sebagai penyebar virus diam-diam.


“Munculnya penyebar diam-diam inilah yang menyebabkan kesulitan dalam pengendalian epidemi,” tulis para peneliti yang dipimpin oleh Huang Ailong dari Universitas Kedokteran Chongqing, dalam makalah di Nature Medicine.

Tim Huang menemukan bahwa durasi rata-rata pelepasan virus di antara 37 pasien tanpa gejala dalam penelitian Chongqing adalah selama 19 hari. Durasi itu sepertiga lebih lama dari pasien dengan gejala ringan.

 

Bahkan, dalam satu kasus, seorang pasien OTG bisa melepaskan atau menularkan virus selama 45 hari. Viral shedding ini mengacu pada pelepasan virus di lingkungan, termasuk di udara dan di permukaan. Tetapi Huang berusaha menenangkan, bahwa virus yang dilepaskan oleh OTG tidak serta merta menyebabkan infeksi pada orang lain.

Studi ini juga menemukan bahwa pasien OTG memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah daripada mereka yang memiliki gejala. Semua pasien memiliki antibodi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan virus menginfeksi sel. Tetapi pasien OTG hanya memiliki 15 persen antibodi daripada mereka yang memiliki gejala.

Ditemukan bahwa lebih dari 40 persen pasien tanpa gejala tidak lagi memiliki antibodi bahkan sebelum mereka keluar dari rumah sakit. 

“Individu tanpa gejala memiliki respons kekebalan yang lebih lemah,” kata para peneliti.

Temuan tersebut membuat masyarakat harus lebih konsisten dalam melaksanakan jarak sosial, kebersihan, isolasi kelompok berisiko tinggi, dan pengujian. Jutaan orang telah terinfeksi Covid-19 dan ratusan ribu telah meninggal dunia di seluruh dunia.

Dalam penelitian Chongqing, pasien tanpa gejala terdiri lebih dari 20 persen dari 180 pasien, yang semuanya berasal dari distrik Wanzhou. Pasien-pasien itu tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit mulai dari saat mereka dites positif hingga terbebas dari penyakit.

Tantangan penelitian tentang penularan tanpa gejala adalah bahwa beberapa pasien mungkin terinfeksi tapi tidak memiliki gejala saat ini. Bisa jadi nanti di kemudian hari baru merasakan gejalanya. Maka pasien-pasien ini dapat memiliki masa inkubasi yang sangat panjang, dan beberapa bisa menjadi sangat menular sebelum timbulnya gejala menurut beberapa penelitian.

Masih belum pasti apakah pasien tanpa gejala dapat menginfeksi orang lain secara mutlak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan awal bulan ini bahwa hal itu masih terus diteliti.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook