JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kementerian Agama (Kemenag) menekankan kemampuan siswa madrasah untuk menjawab tantangan di masa depan. Di antaranya dengan memberikan kompetensi berpikir komputasional (Computational Thinking). Saat ini ada 50 madrasah yang dibekali kompetensi itu.
Pentingnya kemampuan berpikir komputasional itu disampaikan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Ali Ramdhani di depan para guru pada sesi Ngobrol Asyik dengan tema Masa Pandemi Guru Kreatif dan Produktif.
Pejabat yang akrab disapa Dhani itu mengatakan saat ini ada 50 madrasah yang diinjeksikan computational thinking. "Computational thinking bukan ilmu matematika atau sosial, tapi ilmu yang berkaitan dengan cara membaca yang harus diajarkan sejak siswa berada di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah,” jelasnya Sabtu (23/1).
Outputnya adalah kemampuan membaca ayat kauniyah pada prosedur-prosedur kemanusiaan dengan menghadirkan alat. Dia berharap, Computational Thinking itu harus diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah atau setingkat SD.
Selain itu Dhani mengatakan kemampuan Computational Thinking juga dikompetisikan secara internasional. Dia bersyukur anak-anak madrasah Indonesia berhasil mendapat ranking lima dunia. “Jadi orang Indonesia itu pintar-pintar, cerdas, smart,” katanya.
Dhani mengatakan tugas para pendidik selanjutnya adalah bagaimana mengantarkan anak didik agar kemudian mampu berkiprah di masa mendatang. Dia mengatakan salah satu Madrasah yang memiliki peran strategis mengantarkan siswa siap menghadapi tantangan masa depan adalah MAN Insan Cendekia.
“MAN Insan Cendekia adalah sebuah madrasah unggulan yang harus dapat mengantarkan anak didiknya sebagai wajah pemilik masa depan,” kata Dhani. MAN Insan Cendekia juga turut menanamkan kemampuan Computational Thinking kepada para siswanya.
Dalam kesempatan itu, Dhani juga mengatakan para guru madrasah harus beradaptasi terhadap dinamika zaman. Dia memaparkan pentingnya seorang guru memiliki kemampuan adaptasi untuk menghadapi berbagai kompetisi.
Untuk itu Dhani mengatakan guru tidak boleh berhenti belajar dan mengikuti setiap perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi. “Berhenti belajar bagi seorang guru adalah hakikat kematian bagi seorang manusia,” jelasnya.
Dhani mengatakan guru adalah mereka yang siap mendedikasikan hidupnya pada pembelajaran sepanjang hayat. Dalam istilah akademika, yang ada adalah winner dan the better.(jpg)