Evakuasi WNI di Afghanistan, KSAU Angkat Topi untuk Skadron Udara 17

Nasional | Senin, 23 Agustus 2021 - 11:50 WIB

Evakuasi WNI di Afghanistan, KSAU Angkat Topi untuk Skadron Udara 17
Sebanyak 26 WNI yang dievakuasi dari Afghanistan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma kemarin dini hari (21/8). (GALIH PRADIPTA/POOL/ ANTARA)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo bangga atas kerja hebat anak buahnya di Skadron Udara 17 Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusuma. Dia juga angkat topi untuk personel Sat Bravo-90 Paskhas yang turut terlibat dalam misi evakuasi WNI dari Afghanistan menggunakan pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU.  "Saya sangat bangga kepada kalian semua," ungkap Fadjar.

Melihat dinamika kondisi dan situasi di Afghanistan dan mepetnya persiapan evakuasi WNI tersebut, KSAU menyebutkan bahwa tugas yang dilaksanakan oleh prajuritnya tidaklah mudah. Karena itu, dia memuji keberhasilan mereka.


"Kalian mampu menunjukkan profesionalisme," ujarnya.

Seluruh prajurit TNI AU, lanjut dia, harus menjadikan kerja-kerja yang dilaksanakan Skadron Udara-17 dan Sat Bravo-19 sebagai contoh. Sebab, profesionalisme mutlak bagi personel TNI AU di manapun mereka bertugas.

Boeing 737-400 yang membawa pulang puluhan WNI dari Afghanistan melaksanakan misi dengan call sign Kencana Zero Four. Misi tersebut dipimpin langsung oleh Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo Hadi. Sementara awak pesawat terdiri atas Kapten Pnb Sang Made, Lettu Pnb R. P. Pratama, Lettu Pnb Andhika, Letda Tek Suparno, Letda Tek Yusuf Affandi, Letda Andromeda, Serka Priyan Wahyu, Serka Riyan Agieta, Serka Budi, dan Pratu Yulio.

Dalam pesawat tersebut, turut serta enam personel Sat Bravo-90 yang terdiri atas  Kapten Pas Galih Pinto Nugroho, Serda Trenggono, Serda Yudi Aji Widagdo, Kopda Umar Haris, Praka Aidil Artawijaya, dan Praka Ilham Dwi Laksana. Tak hanya bangga karena disanjung KSAU, mereka juga ikut berbahagia lantaran bisa membawa pulang para WNI ke tanah air. Dengan persiapan yang mepet, Mayor Mulyo menyampaikan bahwa pihaknya langsung menyusun strategi setelah mendapat perintah pada Senin malam (16/8).

Mulyo menyebut, perintah dari pimpinannya diterima sekitar pukul 21.00. Malam itu pula, rencana langsung disusun. "Rencana pergerakan diselesaikan malam itu juga sekitar pukul 02.00 (Selasa, 17 Agustus )," jelasnya.

Siangnya, mereka langsung melaksanakan rapat bersama tim dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan instansi lainnya. Dari rapat tersebut diputuskan bahwa Boeing 737-400 milik TNI AU lepas landas dari Jakarta pukul 06.00 Rabu (18/8). Tidak langsung ke Afghanistan, mereka bertolak dari Jakarta ke Islamabad, Pakistan. Di sana lah posko untuk proses evakuasi berada.

Strategi tersebut dipilih mengingat situasi dan kondisi di Afghanistan masih panas. Dalam waktu yang singkat pula, mereka mengurus flight clearance sesuai dengan rute penerbangan yang diambil. Yakni Kolombo, Karachi, Islamabad, Kabul. Kemudian kembali ke Islamabad, Karachi, Kolombo, Jakarta.

"Dengan waktu yang sangat terbatas, penyiapan tersebut dilaksanakan kurang dari satu malam," beber Mulyo.

Alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 2008 itu menuturkan, Kencana Zero Four mengudara dari Jakarta sesuai waktu yang sudah ditentukan, Mereka mendarat di Isalamad sekitar pukul 20.13 setelah menempuh perjalanan lebih kurang 17 jam. Dari sana, tim memantau situasi dan kondisi di Kabul. Mereka menunggu waktu dan momen yang tepat untuk terbang dan mendarat di Kabul. "Hambatan yang dihadapi terutama adalah data-data terkini dari landasan Bandara Hamid Karzai International serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu," imbuhnya.

Berdasar data yang diterima oleh tim, saat itu masih ada eskalasi kerumunan massa di sekitar bandara tersebut. Keputusan terbang dari menuju Kabul baru muncul Jumat dini hari (20/8). Pukul 04.33 Boeing 737-400 TNI AU terbang menuju Kabul. Sejam kemudian mereka sudah berada di Bandara Hamid Karzai International.

"Saat pelaksanaan evakuasi, medan Afghanistan yang merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan elevasi runway 5.877 feet di atas permukaan laut, ditambah fasilitas bandara, seperti air traffic service yang tidak berfungsi maksimal mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan yang sangat berat saat approach," bebernyaMayor Mulyo.

Belum lagi proses boarding yang molor sampai dua jam dan keterbatasan waktu yang diberikan oleh NATO. "Demi keselamatan bersama, kami membatasi barang bawaan hanya hand luggage saja, sehingga kami memohon maaf kepada WNI dan WNA yang kami evakuasi karena koper-kopernya tidak semuanya bisa dibawa ke dalam pesawat," imbuh Mulyo.

Untungnya tahap demi tahap misi tersebut bisa dilalui. Sehingga total 26 WNI dan tujuh WNA berhasil mereka bawa dan tiba dengan selamat di Jakarta Sabtu dini hari (21/8). (syn/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook