Bamsoet Dorong Kerja Sama Pengembangan Vaksin Covid-19

Nasional | Senin, 22 Maret 2021 - 19:39 WIB

Bamsoet Dorong Kerja Sama Pengembangan Vaksin Covid-19
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saay menerima Duta Besar Rusia untuk Indonesia, HE Mr Lyudmila Vorobieva, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Jakarta, Senin (22/3/2021). (HUMAS MPR UNTUK RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan perlunya pemerintah Indonesia segera menyetujui pengadaan vaksin Covid-19 buatan Rusia untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong. Hal ini untuk program vaksinasi Covid-19 yang diberikan secara gratis dari pelaku usaha Indonesia kepada para pekerjanya.

Seperti diketahui, saat ini Rusia sudah memproduksi dan menggunakan tiga jenis vaksin, yakni Sputnik V, EpiVacCorona, dan CoviVac. Selain sedang mengembangkan vaksin Sputnik Light yang bisa digunakan untuk anak-anak dengan penggunaan cukup satu kali suntikan. 


Baru Sputnik V yang teregistrasi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin penggunaan darurat di Indonesia. Sementara EpiVacCorona, CoviVac dan Sputnik Light belum teregistrasi. Rusia sendiri melalui BUMN nya RDIF (Rusian Direct Investment Fund) telah menunjuk perusahaan swasta nasional untuk menjadi representative mereka di Indonesia.

"Mengapa BPOM dan Kementerian Kesehatan perlu memberikan perhatian? Karena Sputnik menurut Duta Besar Rusia, punya berbagai keunggulan yang diperlukan untuk penduduk Indonesia. EpiVacCorona, misalnya, bisa digunakan untuk lansia diatas 60 tahun. Sementara CoviVac bisa disimpan di suhu 2-8 derajat celcius, dengan penggunaan sebanyak dua kali yakni disuntikan di hari pertama dan di hari ke-14 setelah penyuntikan pertama," ujar Bamsoet usai menerima Duta Besar Rusia untuk Indonesia, HE Mr Lyudmila Vorobieva, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Jakarta, Senin (22/3/2021).

Turut hadir antara lain Sekretaris Ketiga Kedutaan Besar Rusia Mr. Roman Romanov, Perwakilan Dagang Federasi Rusia di Indonesia Mr. Sergey Rossomakhov, dan perwakilan Dagang Senior Ms. Maria Mitsura.

Ketua DPR RI ke-20 ini, mengutip penjelasan Duta Besar Rusia, menerangkan, untuk Sputnik V yang telah teregistrasi di BPOM, menunggu ijin edar. Keunggulannya antara lain memiliki efikasi 91,6 persen, mudah didistribusikan karena hanya butuh disimpan di suhu 2-8 derajat celcius, dan harga relatif lebih murah yakni kurang dari USD 10. Penyuntikannya dilakukan sebanyak dua kali, dengan jeda waktu 21 hari dari penyuntikan pertama.

Sebagai catatan, menurut Duta Besar Rusia, Vaksin Sputnik dikembangkan oleh Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, sebuah pusat penelitian yang dikelola negara. Gamaleya memproduksi vaksin dengan dukungan dari Dana Investasi Langsung Rusia. 

Hasil uji klinis fase 3 menunjukkanSputnik V memiliki efikasi yang sangat optimal (antara 91,6 persen hingga 95 persen) terhadap infeksi Corona. Peneliti mengatakan hasil ini sejalan dengan data kemanjuran yang dilaporkan pada tahap awal uji coba yang telah dimulai di Moskow, September 2020.

Penggunaan vaksin ini, kata Duta Besar sudah disetujui di Rusia, Belarusia, Serbia, Argentina, Bolivia, Aljazair, Venezuela, Paraguay, Turkmenistan, Hongaria, UEA, Iran, Guinea, Tunisia, Armenia dan wilayah Palestina.

Vaksin buatan Rusia ini, katanya, didasarkan pada DNA adenovirus jenis SARS-CoV-2. Vaksin ini menggunakan virus yang telah dilemahkan untuk mengirimkan sebagian kecil patogen dan menstimulasi respons imun dan tidak ada efek samping serius yang dilaporkan terkait vaksinasi. Mayoritas efek samping yang dilaporkan ringan, seperti nyeri di tempat suntikan, gejala seperti flu dan kelelahan.

"Selain menawarkan vaksin, Rusia juga mengajak Indonesia menjadi salah satu negara pusat produksi berbagai jenis vaksin buatan Rusia. Sehingga Indonesia tak hanya sekadar menjadi konsumen, melainkan juga turut menjadi produsen. Tawaran bagus tersebut harus disambut dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Selain untuk meningkatkan investasi, juga bisa dimanfaatkan untuk transfer teknologi dan pengetahuan seputar vaksin Covid-19," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menerangkan, semakin banyak jenis vaksin Covid-19 yang masuk ke Indonesia, semakin bagus bagi percepatan vaksinasi terhadap berbagai kalangan penduduk. Mengingat untuk tercapainya herd immunity, vaksinasi minimal harus dilakukan kepada 181.554.465 penduduk. 

"Data Satgas Covid-19 mencatat, per 21 Maret 2021, vaksinasi ke-1 sudah dilakukan kepada 5.533.379 penduduk. Sementara vaksinasi ke-2 sudah dilakukan kepada 2.301.978. Kita menargetkan pada peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus mendatang, Indonesia sudah bebas Covid-19. Untuk mencapainya, selain menerapkan protokol kesehatan secara ketat, juga harus didukung dengan percepatan vaksinasi," pungkas Bamsoet.

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook