JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kementerian Perindustrian terus mendorong pertumbuhan industri kimia. Sehingga, dapat memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri sekaligus memacu program substitusi impor. Munculnya pabrik petrokimia baru berdampak positif terhadap lapangan kerja.
"Kami mencatat, terdapat 20 proyek investasi di sektor industri petrokimia dengan proyeksi nilai sebesar 50 miliar dolar AS sepanjang tahun 2020-2030. Artinya, peningkatan investasi ini, ada potensi untuk penambahan jumlah tenaga kerja," ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan, Kamis (20/10).
Gunawan menyebutkan, dua proyek besar industri petrokimia di wilayah Banten. Yakni, pembangunan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP2) dan Lotte Chemical Indonesia. Keduanya mulai produksi pada 2025. Untuk SDM, targetnya bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 45 ribu orang di bidang konstruksi dan 2.500 orang untuk operasional.
"Dari dua proyek itu saja, tenaga kerja yang dibutuhkan sangat banyak. Oleh karenanya, kami berupaya untuk terus menyediakan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten," bebernya.
Dalam hal ini, Kemenperin juga telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Serang, Banten. Kementerian pun telah menjalin kerjasama ikatan kerja dengan berbagai perusahaan industri petrokimia. Artinya, lulusan dari kampus itu bisa langsung terserap. Saat ini, sudah berkerjasama dengan 11 perusahaan petrokimia dan 2 asosiasi industri.
Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito menyebutkan, industri petrokimia merupakan sektor strategis di tingkat hulu. Sebab, menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk pengembangan industri di tingkat hilir seperti plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, dan obat-obatan.
"Berhasil tidaknya pemerintah dalam membangun industri nasional, salah satunya sangat dipengaruhi oleh profil industri petrokimia," urainya. (agf/dio/jpg)