JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bertubi-tubi gempa mengguncang Lombok dan sekitarnya. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan bangunan porak-poranda. Tetapi juga menimbulkan dampak psikologi yang besar. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan ada kecemasan massal di kalangan penduduk Lombok.
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yulianto membenarkan bahwa ada kecemasan massal di kalangan penduduk Pulau Lombok. Warga rata-rata tidak berani tinggal di bawah atap bangunan.
“Baik yang sehat maupun yang sakit, yang merawat juga semuanya beraktivitas di luar,” tutur Yulianto kepada JPG, Senin (20/8).
Yulianto mengatakan, para pasien di semua rumah sakit (RS) di Lombok baik yang rawat jalan maupun inap semuanya dirawat di luar ruangan dengan fasilitas tenda darurat. Menurutnya, ada banyak faktor kecemasan yang dialami warga Lombok. Di antaranya masih banyak rumor-rumor tentang gempa dan tsunami beredar luas di masyarakat. Yulianto mengatakan, penyembuhan trauma adalah tanggung jawab semua orang. Bisa dilakukan bersama-sama. Tidak hanya oleh petugas kesehatan.
”Salah satu bantuan kita untuk mengurangi trauma adalah dengan tidak ikut-ikutan menyebar rumor. Peran media sangat besar dalam hal ini,” jelasnya.
Sementara itu, petugas di lapangan melakukan berbagai cara yang kreatif untuk mencairkan keadaan. Yulianto menyebut beberapa waktu lalu ada komunitas pendongeng dari Jogjakarta yang datang dan mendongeng di pengungsian. Ada juga yang datang membawa perpustakaan keliling. Para pejabat dan tokoh setempat pun tidak henti-henti menyuntikkan optimisme bahwa bantuan akan datang.
Untuk petugas kesehatan, Yulianto yakin jumlahnya masih mumpuni. Ia sendiri tidak bisa menyebut angka pasti, tapi ia mencatat ada 6 dokter spesialis yang beroperasi di Lombok dibantu dengan puluhan perawat. Penanganan masalah kesehatan jiwa sudah dikelola Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes. Tim ahli dari rumah sakit jiwa baik dari luar maupun Provinsi NTB sendiri juga sudah melakukan penanganan. Ada juga dari perhimpunan dokter spesialis kesehatan jiwa dan beberapa LSM yang begerak di bidang trauma healing.
“Tapi urusan kejiwaan itu ya dinamis, makanya ini tanggung jawab semua pihak,” ujarnya.
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melansir gempa yang melanda Lombok, Ahad malam lalu (19/8) berkekuatan 6,9 SR. Sebelumnya tersiar kabar bahwa gempa yang terjadi pukul 19.56 WIB itu berkekuatan 7 SR. Saat dikonfirmasi malam tadi, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan data yang dihimpun dari lapangan menyatakan ada sepuluh korban meninggal dunia akibat gempa Ahad malam itu. Kemudian gempa yang menimbulkan guncangan keras di Lombok Timur dan Lombok Utara itu mengakibatkan 24 orang terluka serta 151 unit rumah rusak.
’’Kendala yang dialami di lapangan adalah listrik padam total. Sehingga komunikasi dan pendataan terhambat,’’ tuturnya.
Jadi ada kemungkinan jumlah korban jiwa, korban luka, maupun kerusakan akibat gempa 19 Agustus bakal bertambah. Dia mengatakan Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan serta institusi lainnya masih terus melakukan evakuasi. Sutopo menuturkan saat kejadian gempa, masyarakat banyak yang sedang berada di luar rumah. Kemudian juga masih banyak masyarakat yang berada di tenda darurat pengungsian.
’’Sehingga tidak menimbulkan banyak korban jiwa,’’ tuturnya.
Terkait dengan dampak psikologi, Sutopo mengakui bahwa rasa trauma terhadap guncangan gempa masih dirasakan masyarakat Lombok dan sekitarnya. Dia mengatakan saat gempa utama maupun gempa susulan mengguncang, masyarakat langsung memilih berada di luar rumah. Sutopo mengatakan korban jiwa umumnya dipicu akibat tertimpa bangunan rubuh dan serangan jantung akibat kaget menerima guncangan gempa yang keras.
Sutopo juga menjelaskan dampak gempa 6,5 SR yang mengguncang Lombok Timur pada 19 Agustus pukul 11.06 WIB. Dia mengatakan akibat gempa pada siang hari itu, dua orang dikabarkan meninggal. Kemudian ada satu orang luka serta 1.700 unit rumah rusak. Sebanyak 1.054 rumah diantaranya mengalami rusak berat. ’’(Rentetan gempa, red) tentu semakin menyebabkan derita dan kesedihan mendalam masyarakat Lombok,’’ jelasnya.(tau/wan/jpg)