WASHINGTON (RIAUPOS.CO) - Meriahnya pagelaran konser The Eras Tour, Taylor Swift pada Sabtu (22/7) di Stadion Lumen Field, Seattle, Washington, Amerika Serikat berhasil mengguncang tanah dengan sangat keras. Hentakan kaki dari puluhan ribu penonton itu berhasil mencatatkan sinyal pada seismometer terdekat yang kira-kira setara dengan gempa berskala magnituode 2,3.
“Ini tentu saja merupakan konser terbesar yang pernah kita miliki dalam beberapa waktu,” kata Mouse Reusch, seismolog di Pacific Northwest Seismic Network, yang memantau aktivitas gempa di Pacific Northwest dan dikutip dari The New York Times.
“Kita berbicara tentang 70.000 orang dan semua musik juga perlengkapan yang terkait dengan konser itu,” lanjutnya.
Menurutnya, kemungkinan penyebab getaran itu adalah kombinasi musik dari sound system konser dan penggemar Taylor Swift yang menari selaras dengan alunan musik. Berdasarkan data yang dikutip dari The New York Times, getaran di kedua pertunjukan mencapai puncak maksimum dua kali, pertama sekitar pukul 19.30, dan yang kedua sekitar pukul 21.30.
Belum jelas lagu Taylor Swift mana yang menyebabkan puncak tersebut. Selain "Shake It Off", set list termasuk "Love Story", "Bad Blood", dan "Anti-Hero", semua lagu dijamin membuat Swifties (julukan untuk penggemar Taylor Swift) bersemangat.
"Mungkin ada beberapa Swifties muda di luar sana yang suatu hari nanti akan menjadi seismolog atau ilmuwan bumi," ujar Reusch.
Sementara itu, Jackie Caplan Auerbach, seorang seismolog Universitas Washington Barat, pertama kali memeriksa aktivitas getaran tersebut yang oleh para penggemar disebut sebagai 'Gempa Swift', setelah ia melihat obrolan di grup media sosial yang dia pantau tentang gempa bumi Pacific Northwest.
Ia turun ke Twitter untuk membagikan temuannya yang menunjukkan bahwa Swifties menghasilkan aktivitas getaran seismik yang setara dengan gempa bermagnitudo 2,3 tepat di momen ketika Taylor Swift naik ke atas panggung. Dalam tweetnya Caplan-Auerbach membandingkan ini dengan 'Gempa Binatang' (Beast Quake) pada 2011, ketika penggemar Seattle Seahawks meledak setelah touchdown (mencetak gol) terlambat yang dilakukan oleh Marshawn Lynch.
"Gempanya dua kali lebih kuat dari 'Beast Quake'. Perbedaan utama adalah durasi getaran. Bersorak setelah touchdown berlangsung selama beberapa detik, tapi akhirnya mereda. Jauh lebih acak daripada konser. Untuk Taylor Swift, saya mengumpulkan sekitar 10 jam data di mana ritme mengendalikan perilaku. Musik, pengeras suara, ketukan. Semua energi itu dapat mendorong ke tanah dan mengguncangnya," ujarnya yang dikutip dari The National News.
"Saya mengambil data dari kedua malam konser (22 dan 23 Juli) dan dengan cepat menyadari bahwa mereka jelas memiliki pola sinyal yang sama. Jika saya menumpuknya di atas satu sama lain, mereka hampir identik," lanjutnya.
Menurut Caplan Auerbach, kemampuan mengguncang bumi Taylor Swift ini bukan pertama kalinya di dunia musik. Seismometer juga merekam sinyal saat The Weeknd bermain di Lumen Field pada 25 Agustus 2022 lalu, meski menurutnya tidak sekuat konser The Eras Tour Taylor Swift.
Dilansir dari The Washington Post, Taylor Swift belum secara terbuka mengakui aktivitas seismik tersebut namun diketahui mengunggah foto di Instagram pribadinya dan menyertakan keterangan bahwa konser Seattle sangat meriah. Ia turut mengungkapkan rasa antusiasnya untuk konser selanjutnya di Santa Clara, California.
"Seattle benar-benar merupakan akhir pekan favorit saya. Terimakasih untuk semuanya. Semua bersorak, berteriak, melompat, menari, bernyanyi sekuat tenaga. Harus memainkan 'No Body No Crime' (alias No Body No Haim) secara langsung untuk pertama kalinya dengan saudara perempuan saya @haimtheband !! Tidak sabar untuk melihat Anda segera, Santa Clara," tulisnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman