AKUI SANKSI  WADA CORENG KEMENANGAN PIALA THOMAS

Menpora Minta Maaf, Bentuk Tim Kerja

Nasional | Selasa, 19 Oktober 2021 - 12:25 WIB

Menpora Minta Maaf, Bentuk Tim Kerja
Tim Indonesia melakukan selebrasi tanpa adanya bendera kebangsaan Merah Putih saat menjuarai Piala Thomas di Aarhus, Denmark, Ahad (17/10/2021). Ini sebagai dampak dari sanksi Badan Anti Doping Dunia (WADA) kepada Indonesia. (AFP/RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -  Kemenpora menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Indonesia karena tidak adanya bendera Merah Putih dalam final Piala Thomas 2020 di Aarhus, Denmark, Ahad (18/10) lalu. Padahal Indonesia berhasil memenangkan turnamen beregu tersebut setelah penantian selama 19 tahun.

"Saya mohon maaf terhadap kejadian di mana kita jadi tidak enak dan tidak nyaman. Harusnya kita menikmati kegembiraan menjuarai Piala Thomas setelah hampir dua dekade. Kebahagiaan kita jadi berkurang," kata Menpora Zainudin Amali dalam konferensi pers, kemarin.


Ini sebagai dampak dari sanksi Badan Anti Doping Dunia (WADA) kepada Indonesia. Mereka menilai Indonesia tidak patuh menjalankan Kode Anti Doping. Sanksi telah dijatuhkan sejak 7 Oktober lalu dengan durasi satu tahun. Selama itu pula, Indonesia kehilangan hak-haknya dalam kancah internasional. Seperti tidak boleh mengibarkan bendera dan menjadi tuan rumah turnamen internasional.

Kemarin Kemenpora, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) melakukan pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini. Kemenpora membentuk Tim Kerja Percepatan Penyelesaian Sanksi WADA. Tim tersebut dipimpin oleh Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari. Mereka bertugas menyelesaikan tuntutan WADA dan berupaya agar sanksi segera dicabut. Selain itu juga menginvestigasi masalah internal LADI yang mengakibatkan turunnya sanksi tersebut.

"Ini salah satu langkah yang kami ambil. Segera menuntaskan dan menyelesaikan masalah ini. Kami ingin tuntaskan dalam waktu secepatnya agar publik tahu bahwa yang kami lakukan ini serius," lanjut Amali.

Tim tersebut beranggotakan Sekjen KOI, dua orang perwakilan LADI, satu orang perwakilan Kemenpora, dan bidang hubungan luar negeri cabor-cabor yang akan melakukan agenda internasional dalam waktu dekat ini.

"Mungkin kami perlu waktu satu bulan hanya untuk merapikan data-data dari LADI. Setelah itu kami akan maksimalkan lobi-lobi eksternal agar upaya pencabutan banned WADA ke LADI ini bisa maksimal," ujar Okto, sapaan Raja Sapta Oktohari.

Sementara itu Sekretaris LADI Dessy Rosmelita juga menyampaikan permohonan maaf terkait sanksi dari WADA yang membuat bendera Indonesia tidak bisa berkibar.

"Kami meminta maaf kepada Presiden RI Joko Widodo, masyarakat Indonesia, dan stakeholder olahraga Indonesia. Kami akan berkoordinasi dengan Pak Okto agar hal-hal spesifik yang sempat dibahas dalam rapat tadi bisa ditindaklanjuti sehingga mempercepat langkah-langkah pembebasan sanksi-sanksi dan menjadi patuh terhadap aturan WADA," kata Dessy.

Di sisi lain bendera Merah Putih yang tidak bisa berkibar membuat mantan pemain nasional meradang. Marlev Mainaky mengatakan pengibaran bendera merupakan momen sakral sekaligus membanggakan bagi pemain. Peraih tiga gelar Piala Thomas (1998, 2000, 2002) itu menyayangkan hal tersebut.

"Kami keluar negeri bertanding dan membawa nama Indonesia. Kalau bendera Merah Putih tidak bisa dikibarkan ya buat apa," kata Marlev kepada Jawa Pos (JPG), kemarin.

Dia mendesak pemerintah segera menyelesaikan kasus ini dengan serius. Sebab, dia tahu bahwa yang paling merasakan dampak dari sanksi tersebut adalah para atlet.

"Bertanding lalu memang itu adalah momen tidak terlupakan. Momen hormat sama bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya itu membanggakan, apalagi setelah menunggu 19 tahun. Lalu momen itu hilang. Itu yang dari kami, para mantan pemain, pertanyakan ke pemerintah," lanjutnya.

Mantan atlet ganda putra Candra Wijaya mengaku sedih tak bisa melihat bendera berkibar di Ceres Arena, Aarhus, Denmark. 

"Sedih banget dan jadi kita jadi ikut malu. Gimana dong. Siapa harus tanggung jawab," bebernya saat dihubungi JPG, kemarin.

Kesedihan dari Candra tak lepas lantaran sudah sangat lama Indonesia tidak menjuarai Piala Thomas. Terakhir kali juara pada 2002 di Guangzhou Cina saat dirinya masih bermain yang berpasangan dengan Sigit Budiarto. Pasangan ini menjadi andalan Indonesia sebagai MD1 dan menyumbang poin saat mengalahkan pasangan Malaysia Chan Chong Ming/Chew Choon Eng. Di final ketika itu, Indonesia berhasil menang 3-2. 

"Ya, jadi kita sebagai atlet merasa dirugikan (dengan tidak berkibarnya bendera Merah Putih)," ungkapnya.

Candra berharap ke depannya segala pihak lebih bersinergi dengan baik. Terlebih, sambungnya, dengan kejadian itu memperlihatkan fakta bahwa pemerintah tidak konsisten. 

"Atau komitmennya dan perhatian terhadap pembinaan atau birokrasi khususnya. Dalam hal ini, entah itu kelalaian, entah itu menganggap tidak penting atau tidak urgent mungkin jadi kebiasaan ya," keluhnya.

Juara Olimpiade Sydney 2000 itu menyatakan kalau urusan di internasional memang harus lebih baik. Sebab, tidak bisa meminta kelonggaran, minta kebijaksanaan, minta maaf, apalagi. Kalau pada saat seperti ini, itu tidak berlaku, tidak berguna. 

"Jadi jangan sampai terlambat atau jangan sampai merugikan kita semua lah," katanya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook