MINTA PERHATIAN PRESIDEN JOKO WIDODO

Pulau Bengkalis dalam Ancaman Abrasi

Nasional | Minggu, 18 Desember 2022 - 11:27 WIB

Pulau Bengkalis dalam Ancaman Abrasi
Abrasi dan longsor yang terjadi di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bantan, Bengkalis, yang ditinjau Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso. Foto diambil Selasa (13/12/2022). (ABU KASIM/RIAU POS)

RIAUPOS.CO - Kondisi Pulau Bengkalis saat ini sangat kritis. Ini diakibatkan oleh kondisi geografis pulau yang merupakan pulau endapan, maka sangat rentan terhadap abrasi dan longsor.

Kondisi itu diperparah oleh pemberian izin HGU perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah. Di mana dulunya, kawasan yang dijadikan perkebunan sawit adalah kawasan hutan lindung sebagai penyangga pulau Bengkalis di Kecamatan Bengkalis.


Namun kawasan hutan lindung dari 9 desa di Kecamatan Bengkalis dan Bantan, menjadi lahan perkebunan yang membuat tidak seimbangnya kondisi alam. Yang biasanya jarang terkena banjir sekarang apabila hutan mengguyur di kawasan kota Bengkalis terendam banjir.

“Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir banjir sudah melanda ibu kota Bengkalis. Seperti di Desa Wonosari, Kelapa Pati, Pedekik yang dulu jarang banjir, sekarang hujan sedikit langsung banjir,” ujar Solihin, aktivis lingkungan di Bengkalis.

Menurut Solihin, itu disebabkan kawasan penyangga alam tidak ada lagi, karena hutan lindung sudah diubah menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit

Terhadap kondisi abrasi yang melanda Pulau Bengkalis dan terakhir longsor dan abrasi di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis ditanggapi serius oleh Pemkab Bengkalis.

Bahkan Wakil Bupati (Wabup) Bengkalis H Bagus Santoso yang sudah meninjau abrasi di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis meminta kepada Presiden RI agar memperhatikan pulau terluar di NKRI tersebut.

Karena menurutnya, abrasi yang terjadi bukan saja di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan selat Melaka, namun juga terjadi di perkebunan dan pertanian masyarakat yang longsor ke dalam bumi.

Bagus mengatakan, Pulau Bengkalis ini memang berhadapan dengan Selat Malaka. Kejadian abrasi di Kabupaten Bengkalis itu sudah lama terjadi, bahkan tidak hanya kebun dan pemukiman, bahkan lapangan bola, kuburan pun sudah terjun ke laut.

Berdasarkan data PUPR bahwa ada 222 KM yang memang terkena abrasi di wilayah Kabupaten Bengkalis, baik itu di pulau, daratan sumatera dan pulau Rupat, dan ini ada 121 KM yang kritis.

“Ya, dari 222 KM tersebut Pemerintah Provinsi Riau sejauh ini juga sudah berupaya membangun sekitar 31 KM dari 121 KM yang kritis, yang sudah mengeluarkan anggaran sekitar Rp300 miliar lebih,” terang Bagus.

Menurutnya, masih ada sekitar 90 KM yang belum tertangani baik di Pulau Bengkalis, pulau Sumatera dan pulau Rupat. Sedangkan  Bengkalis merupakan salah satu wilayah terluar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini, tidak akan mungkin mampu secara kewenangan untuk mengatasi abrasi seperti ini.

Karena, kata Bagus, untuk membangun 1 meter pemecah gelombang mendatangkan batu-batu gunung itu membutuhkan anggaran sekitar Rp28 juta dan untuk membangun 90 km abrasi yang kritis  memerlukan anggaran sekitar Rp2,5 triliun yang  untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo untuk bisa mengucurkan anggaran abrasi ini, karena data ini sudah berkali-kali kami serahkan sejak zaman Bupatinya Amril Mukminin sampai sekarang Bupati Kasmarni-Bagus,” pinta Bagus.

Ia mengajak masyarakat bersama-sama berdoa supaya Presiden RI, Balai Wilayah Sungai, BRGM dan PUPR yang ada di Riau untuk memprioritaskan penanganan abrasi yang ada saat ini.

“Kita juga tidak tinggal diam dengan kemampuan pemerintah bersama pemerintah desa warga terus bergotong-royong namun apa daya gelombang ini sangat besar abrasinya juga sangat kuat,” ucap Bagus.

Sementara itu Bagus juga mengajak kepada pihak perusahaan yanga beroperasi di wilayah Desa Simpang Ayam bersama-sama gotong royong bertanggung jawab, untuk menanggulangi abrasi yang merupakan  bencana ini jangan sampai nanti masyarakat kecewa dikarenakan ada kanal perusahaan tidak berfungsi, sehingga akhirnya mempercepat terjadinya abrasi.

“Mari kita sama-sama duduk, kita bangun Bengkalis ini kita bendung Bengkalis ini sehingga masyarakat tempatan juga bisa mendapat keuntungan dari perusahaan tapi lingkungannya juga terjaga, jangan sampai mereka merasa tersiksa,” harapnya.

Dari pantauan Riau Pos, melihat langsung kondisi lahan gambut yang mengalami erupsi dan abrasi di pinggir Pantai Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Rabu (14/12) kemarin.

Untuk menuju lokasi abrasi, harus melintasi ruas jalan perkebunan masyarakat. Terlihat kiri dan kanan jalan pohon karet milik masyarakat. Saat itu jalan menuju ke Pantai Desa Simpang Ayam terendam banjir sedalam 30 cm. Jalan aspal yang dilewati tidak sampai ke ujung pantai. Hanya di ujung batas perkebunan milik PT Meskom. Riau Pos harus menempuh jalan yang amblas dan baru saja di-base oleh Pemdes Simpang Ayam.

Ditemani Wakil Ketua BPD Desa Simpang Ayam Nazori SHI, Riau Pos  melintasi ruas jalan sepanjang 150 meter yang baru saja di-base dengan batu tersebut. Ruas jalan ini mengalami longsor dan tanah merekah hingga kedalamannya mencapai 3 meter.

“Ya, itu tanah yang longsor kemarin. Seperti baru terkena gempa bumi. Longsor ini akibat erupsi di bawah gambut, sehingga tanah gambut menjadi labil. Ditambah curah hujan tinggi membuat longsor dan tanah amblas ke dalam bumi,” ucap Nazori.

Kondisi tanah longsor luasnya mencapai lebih kurang 3 hektare persegi mengarah ke tepi Selat Melaka. Jika dilihat dari arah pantai, maka kondisi longsor lahan gambut cukup mengerikan. Karena bakal menghayutkan daratan desa itu ke laut.

 “Ini ancaman, Kami minta penanganan khsusus dari pemerintah. Karena dampaknya sangat membahayakan dan seluruh desa kami bakal hanyut ke laut,” ujar Nazori.

Dijelaskannya, dari seminar tentang Pulau Bengkalis oleh peneliti Universitas Yamaguchi, Jepang, Profesor Koichi Yamamoto, menyebutkan Pemerintah Provinsi Riau tentang ancaman tenggelamnya Pulau Bengkalis yang berkontur lahan gambut akibat abrasi yang belum dapat diatasi dengan baik.

“Gambut mengalami longsor atau peat slide dan terburai ke laut atau bog burst. Pemicu proses ini, selain deforestasi dan alih guna lahan gambut juga masifnya kanalisasi sebagai upaya drainase dalam pembangunan perkebunan,” ucap Nazori yang mengutip ucapan Yamamoto.

Di sisi lain, ada dugaan dampak pemberian izin HGU kebun kelapa sawit  oleh pemerintah di Pulau Bengkalis mengakibatkan erupsi dan abrasi. Bahkan dalam dua tahun terakhir sudah terjadi erupsi dan abrasi di tiga titik di Pulau Bengkalis yang menghadap Selat Melaka.

Titik pertama terjadi pertengahan November 2022 lalu di Desa Muntai dan Muntai Barat, Kecamatan Batan, Bengkalis. Titik kedua terjadi di Dusun Parit Tiung Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Bengkalis, terjadi Desember 2021 lalu. Sedangkan titik ketiga terjadi untuk yang kesekian kalinya di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis.

Terakhir longsor dibarengi dengan abrasi terjadi, Ahad (11/12). Dua desa, yakni Jangkang dan Simpang Ayam berdampingan langsung dengan kawasan HGU PT Meskom Agro Sarimas (MAS). Sepanjang garis pantai di Pulau Bengkalis, khususnya yang menghadap langsung Selat Melaka, kondisi abrasi sangat mengkahwatirkan.

Sedangkan abrasi dan longsor di dua desa, tepatnya di belakang lahan perkebunan dan pertanian merupakan hamparan luas kebun kelapa sawit perusahaan yang ditambah dengan kebun pola KKPA Koperasi Meskom Sejati- PT MAS yang bekerja sama dengan 9 desa yang ada di dua kecamatan tersebut. “Ya, longsor dan abrasi kali ini sangat mengerikan. Tanah gambut terbelah-belah seperti terjadi gempa bumi,” ucap Nazori.

Ia mengatakan, ini ibarat erupsi dari dasar gambut dan goncangan melalui hempasan ombak laut menjadikan longsor di mana-mana. Tanah menjadi retak dan terbelah-belah. Tidak hanya tanah yang terbelah, namun lahan perkebunan masyarakat berupa pohon kelapa dan lainya rusak. Tentu ini sangat memilukan masyarakat yang menggantungkan sumber pencariannya dari berkebun dan bertani.

“Kami khawatir daratan Pulau Bengkalis ini akan hanyut ke laut, karena erupsi dasar gambut dan abrasi akibat ombak Selat Melaka. Ini juga diperparah oleh curah hujan yang sangat tinggi membuat endapan air di bawah gambut semakin dalam,” ucapnya.

Saat Riau Pos ingin kembali dari lokasi longsor bertemu rombongan dari Staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Wahyu Utami yang didampingi Kepala Desa Simpang Ayam Mujiono dan Babinsa serta dari BPBD Bengkalis.  

Wahyu Utami juga mengaku heran dengan kondisi tanah longsor serta abrasi di Desa Simpang Ayam yang sudah sangat parah. Karena dirinya melihat lahan gambut itu tidak ada pohon penyangga, sehingga sangat rentan longsor.

“Ya, kami ditugasi oleh Menteri KLHK RI untuk mengumpulkan data di lapangan dan kami baru saja sampai di Riau dan langsung menuju ke lokasi longsor. Ternyata kondisinya sangat memprihatinkan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Simpang Ayam Mujiono juga menjelaskan, bahwa penyebab terjadinya longsor diduga akibat kanal-kanal HGU PT MAS  yang dibangun perusahan sawit yang beroprasi di desanya tidak berfungsi dengan baik.

Mujiono menyebutkan, lahan masyarakat yang terkena longsor merupakan lahan gambut dengan kedalaman diperkirakan mencapai  4 hingga 7 meter. Sementara kanal- kanal yang dibangun perusahan tidak menembus ke laut sebelah utara ketika banjir terjadi kanal-kanal tidak mampu menahan tekanan air, sedangkan lahan gambut tanahnya sangat labil.

Apa lagi di Pulau Bengkalis sebelah utara adalah pulau endapan ditambah hantaman ombak Selat Melaka yang kuat membuat bibir pantai runtuh. “Sehingga Pulau Bengkalis yang merupakan pulau terluar berbatasan langsung dengan negara Malaysia tersebut secara perlahan musnah menjadi lautan dan pada akhirnya Pulau Bengkalis tenggelam,” ujar Mujiono.

Sementara itu, Kapolres Bengkalis AKBP Indra Wijatmiko juga turun ke lokasi longsor dan mengatakan, luas tanah yang mengalami longsor seluas 25 hektare. Pada kejadian ini tidak ada korban jiwa ataupun rumah warga yang mengalami kerusakan.

Menurut Kapolres, pergesaran tanah ini pernah terjadi sebelumnya, pada 2021 di bulan yang sama yaitu Desember 2021. Dengan rincian kebun karet sekitar 1 hektare, kebun pertanian sekitar 2 hektare dan perkebunan sawit PT MAS kurang lebih 20 hektare.

Kapolres mengaku sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, serta bupati Bengkalis dalam penanggulangan bencana tersebut. Ia juga berkoordinasi dengan kepala desa dan Kapolsek serta Danramil untuk melakukan normalisasi kanal di sekitaran terjadinya pergeseran tanah.(gus)


Laporan ABU KASIM, Bengkalis

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook