OLEH: DAHLAN ISKAN

Gerakan Lokal

Nasional | Senin, 17 Juni 2019 - 09:52 WIB

Gerakan Lokal

(RIAUPOS.CO) -- CARRIE Lam mengalah. Sedikit. Proposal ekstradisinya tidak harus disahkan buru-buru. Tidak lagi harus jadi UU minggu depan. Bahkan pemimpin tertinggi Hongkong itu tidak menetapkan harus kapan. Pendemo justru seperti mendapat angin baru. Langkah surut Carrie Lam justru dipakai untuk lebih menekannya. Demo tetap dilancarkan. Hari Minggu kemarin.

Saat saya menulis naskah ini demo sudah dimulai. Jam 3 pagi waktu Amerika. Kelihatannya bisa lebih besar lagi. Dengan dress code hitam. Bahkan mereka sudah pemanasan sejak Sabtu. Mereka justru membawa tuntutan baru. Carrie Lam mengundurkan diri. Aktivis yang ditahan harus dilepas. Proposal ekstradisi harus dibatalkan sama sekali. Tidak hanya ditunda. Carrie Lam harus cabut pernyataannya Rabu lalu: bahwa demo itu kerusuhan. Tokoh-tokoh demo sudah tidak percaya lagi pada kepemimpinan Carrie Lam. Mereka juga menyatakan polisi telah bertindak melebihi kewajaran. Memang tidak ada yang meninggal tapi 80 orang terluka. Termasuk 22 orang polisi.

Baca Juga : Bambu Ijuk

Pendemo kemarin banyak yang membawa bunga kematian. Beberapa anak muda dari Taiwan terbang ke Hongkong. Mendukung demo. Lalu terbang balik 1,5 jam ke Taiwan. Lantas bagaimana? Kuat-kuatkan? Di Hongkong sudah biasa begitu. Lima tahun lalu, misalnya. Demonya sangat besar. Juga sangat lama: 77 hari. Ada ‘Gerakan Payung’ saat itu. Semua pendemo membawa payung. Mengembangkannya. Menjadi sangat menarik. Melahirkan tokoh muda legendaris. Salah satunya baru berumur 23 tahun: Nathan Law Kwun Chung ( T ). Terpilih menjadi presiden mahasiswa Lingnan University. Dua tahun kemudian Nathan terpilih jadi anggota DPR. Nathan lahir di Shenzhen, Tiongkok. Dari ayah Hongkong dan ibu Cina. Saat umur 10 tahun ia pindah ke Hongkong. Tidak lama Nathan jadi anggota DPR. Pengadilan mencopotnya. Ia diadili. Dengan tuduhan separatis. Dihukum 7 bulan.

Seorang hakim tinggi menjaminnya. Agar dapat status tahanan rumah. Saat punya anak, sang anak diberi nama, kalau diterjemahkan, ‘Aspirasi’. Nathan tetap konsisten dengan perjuangannya: Hongkong harus menjadi negara sendiri. Dalam ikatan Persemakmuran (bekas jajahan Inggris). Nathan mendirikan partai. Namanya: Demosisto. Ia tidak sendirian. Dua lagi tokoh muda yang lahir dari huru-hara lima tahun lalu: Baggio Leung Chung Hang ( 5) dan Yau Wai Ching (137). Satu cowok. Satu cewek. Mereka mendirikan gerakan ‘Youngspiration’. Dua-duanya kemudian juga terpilih sebagai anggota DPR. Juga sama sama dicopot. Atas perintah pengadilan.

Tiga anak muda itu memang sangat pemberani. Saat dilantik menjadi anggota DPR, misalnya, keduanya membawa spanduk. Bunyinya: Hongkong bukan Tiongkok. Bahkan mereka membuat plesetan People’s Republik of China’ menjadi ‘People’s Fuckablic of Jee-na’. Ada dua kata yang sensitive di plesetan itu. ‘F...’ dan ‘Jee-na’. Yang pertama Anda sudah tahu. Yang kedua, itu panggilan hinaan saat Cina dijajah Jepang. Semua itu yang membuat mereka diadili. Dinyatakan bersalah. Dihukum. Dicopot haknya menjadi anggota DPR. Pun setelah itu. Masih ada beberapa demo lagi. Misalnya saat mereka menemukan anak kecil yang ikut neneknya. Anak itu lahir di Cina. Orangtuanya masih ada di Cina. Tapi anak itu tinggal di Hongkong. Tanpa surat-surat. Mereka demo. Agak besar. Ke kantor imigrasi. Agar anak itu dideportasi ke Tiongkok. Anak itu akhirnya ambil putusan sendiri: pulang ke Tiongkok.

Nama anak itu: Siu Yao Wei. Umur 12 tahun. Tokoh lain di gerakan ini adalah seorang wanita. Namanya: Claudia Mo Man Ching Bowring. Bersuamikan orang Kanada: Philips Bowring. Claudia kini berumur 62 tahun. Dialah pendiri partai ‘Hongkong First’. Terpilih menjadi anggota DPR dari Dapil Kowloon Barat. Claudialah yang kini menentang keras Carrie Lam.

Claudia memang sekolah SMA di Toronto. Lalu masuk Universitas Carlton di Ottawa. Mengambil studi jurnalistik. Begitu lulus, Claudia menjadi wartawan kantor berita Prancis, AFP. Dia memang mahir berbahasa Prancis. Claudia adalah wartawan, penulis, presenter dan politisi. Suaminya juga wartawan. Di Hongkong. Pernah menjadi wartawan majalah terkemuka Far Eastern Economic Review. Yang membentuk jiwa keras Claudia adalah keadaan. Saat dia meliput demo prodemokrasi.

Di lapangan Tian An Men, Beijing. Itu 30 tahun lalu. Dia melihat langsung bagaimana tentara Cina menggilas demonstran yang begitu besar. Demo sudah seperti napas harian di Hongkong. Pernah ada demo besar justru di malam tahun baru. Dua tahun lalu. Topiknya: melindungi kaki lima. Yang akan digusur dari Hongkong. Alasan mereka: kaki lima adalah bagian dari kultur Hongkong. Mereka memang mendapat angin dari Amerika. Para tokoh gerakan payung itu sudah diusulkan mendapat hadiah Nobel Perdamaian. Yang mengusulkan: dua anggota Kongres Amerika. Demo hari Minggu kemarin bisa jadi rekor baru dalam jumlah. Akankah juga rekor baru dalam jumlah hari?***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook