JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Cuitan melalui akun Twitter kembali datang dari mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Selasa (15/5/2018) malam,
Dalam cuitannya, SBY tampaknya tak nyaman dengan percakapan publik, termasuk di media sosial menyusul pernyataan Presiden Joko Widodo mengenai kebijakan yang dikeluarkan dirinya lima tahun yang lalu.
"Pak Jokowi intinya mengkritik dan menyalahkan kebijakan subsidi untuk rakyat dan kebijakan harga BBM, yang berlaku di pemerintahan era saya. *SBY*,” cuit SBY dalam akun @SBYudhoyono.
Lantas, dia meminta kepada para mantan Menteri dan pejabat pemerintah di era Kabinet Indonesia Bersatu juga para kader Demokrat untuk tetap sabar. Untuk diketahui, dalam keterangan akun resmi milik SBY tertulis twit dari Susilo Bambang Yudhoyono ditandai *SBY*.
Itu berarti, cuitan SBY merupakan twit pribadi dari dirinya. Lantas apa saja kritik Jokowi mengenai kebijakan subsidi dan juga harga BBM yang menyinggung perasaan kakek bercucu empat tersebut? Tentunya tidak dijabarkan lewat Twitter.
Jokowi dalam beberapa kesempatan memang kerap menyinggung kebijakan BBM era SBY. Misalnya, soal program BBM Satu Harga. Jokowi menyinggung alokasi anggaran subsidi BBM yang dikeluarkan era SBY sebesar Rp300 triliun, tetapi harga BBM di Papua sangat mahal.
Akan tetapi, dengan anggaran sebesar Rp800 miliar harga BBM di Papua bisa sama dengan harga BBM di Pulau Jawa dengan cara membeli sejumlah pesawat angkut BBM yang menghabiskan dana sekitar Rp800 miliar.
Harga BBM jenis premium di sejumlah kabupaten terpencil di Papua sebelumnya bisa mencapai Rp60 ribu hingga Rp100 ribu per liter. Adanya program BBM Satu Harga, Jokowi mengklaim harga BBM di seluruh wilayah di Papua kini bisa sama dengan wilayah lain, yakni sekitar Rp6 ribu per liter.
Lantas, menurut SBY dirinya dapat menjelaskan alasan kebijakan subsidi BBM pada era pemerintahannya bisa berlipat-lipat lebih tinggi dibandingkan era Jokowi. Namun, dia menyebut hal tersebut tidaklah baik di mata rakyat.
Terlebih, saat ini negara tengah dihadapkan pada situasi kemanan, politik, dan ekonomi yang kurang kondusif.
"Tentu saya bisa jelaskan. Tapi tak perlu & tak baik di mata rakyat. Apalagi saat ini kita tengah menghadapi masalah keamanan, politik & ekonomi," ucapnya.
Ditambahkannya, justru seharusnya dalam situasi seperti ini masyarakat dan tokoh dapat bersatu padu dan semakin rukun. Bukan malah cekcok sehingga memberi contoh yang tak baik kepada rakyat.
"Malu kita," tutupnya.(ce1/uji)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama