Sebagai ketua umum, Dahlan Iskan memberi penjelasan, dan ditimpali Ketua Harian Ahmad Djauhar selaku pengurus SPS Pusat yang juga bagian dari Dewan Pers. Beberapa SPS daerah juga menyampaikan pandangan umum terhadap LPj pengurus SPS Pusat. Di antara yang tampil, dari SPS Riau, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Sultra dan Sulut.
Ketua SPS Riau H Zulmansyah Sekedang dalam pandangan umumnya menyoroti tentang verifikasi perusahaan pers. Termasuk di Riau yang belum tuntas. Dirinya berharap SPS Pusat dapat membantu perusahaan pers di daerah, dengan mendesak Dewan Pers segera menerbitkan sertifikat terverifikasi, terutama kepada perusahaan pers anggota SPS.
“Kalau sudah diverifikasi oleh SPS daerah secara faktual dan dinyatakan memenuhi syarat, maka perusahaan pers harus segera diterbitkan sertifikatnya. Jangan ditunda-tunda lagi. Kalau misalnya ada persyaratan yang belum terpenuhi, segera diinformasikan kepada perusahaan pers atau melalui SPS,” ungkap Zulmansyah.
Sekarang ini, kata Zulmansyah, lulus sertifikasi Dewan Pers itu sangat penting. Karena sudah menjadi salah satu syarat untuk bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah. Terutama kerja sama iklan dan advetorial. Usai pandangan umum pengurus SPS daerah dan setelah mendapat jawaban dari Ketum SPS Pusat H Dahlan Iskan, akhirnya laporan pertanggungjawaban SPS Pusat diterima seluruh peserta.
Tantangan Media Massa untuk Esok
Menjamurnya media sosial menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan media massa. Media sosial unggul di bidang penyebaran dan penciptaan berbagai informasi secara cepat dan masif. Itu karena kelonggaran media sosial dalam memproduksi informasi yang disebar dan dicipta oleh siapa saja. Lantas, bagaimana nasib media massa ke depan?
Nasib media massa itu didiskusikan dalam memperingati HPN kemarin. Diskusi bertema ”Masa Depan Media Massa, Tantangan dan Peluangnya” itu dibedah empat pemateri. Yakni CEO Radio Suara Surabaya Errol Jonathan, perwakilan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Imawan Mashuri, Presiden Komisaris Kumparan Budiono Darsono, dan Pemimpin Redaksi Jawa Pos Abdul Rokhim.