Sedunia Kompak Idulfitri Jumat

Nasional | Selasa, 12 Juni 2018 - 11:23 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Idulfitri atau 1 Syawal 1439 H hampir dipastikan jatuh pada Jumat, 15 Juni. Indikasinya perhitungan tinggi hilal pada 29 Ramadan atau Kamis (14/6) sudah mencapai 7 derajat di atas ufuk. Hampir seluruh dunia, Idulfitri ditetapkan serentak pada 15 Juni.

’’Kapankah Idulfitri 1439 H? Insya Allah akan seragam, Jumat 15 Juni,’’ kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Senin (11/6).

Baca Juga :Hambali Imbau Pemudik Berhati-hati di Jalan

Menurut dia, posisi hilal pada pengujung bulan puasa atau 14 Juni sudah sangat tinggi, yakni 7 derajat. Dia mengatakan, ketinggian hilal di bagian paling timur Indonesia yakni Papua, sekitar 6 derajat. Sementara pada wilayah paling barat, yakni Sumatera, tinggi hilal mencapai 7,6 derajat. Dengan demikian saat dilakukan pemantauan hilal atau rukyat pada Kamis (14/6) hilal atau bulan muda akan teramati.

’’Kalau cuaca cerah, sangat mungkin (hilal, red) untuk dirukyat,’’ jelasnya.

Apalagi dengan elongasi atau jarak sudut bulan dengan matahari yang mencapai 9 derajat, maka hilal cukup tebal dipantau dari bumi. Dengan demikian, lanjut Thomas, hampir bisa dipastikan bahwa Idulfitri bakal serentak pada Jumat (15/6). Seperti diketahui Muhammadiyah sebelumnya sudah mengeluarkan maklumat penetapan awal Ramadan, Syawal, serta Dzulhijjah 1439 H. Dalam makluman yang dilansir 9 Meret itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan bahwa 1 Syawal atau Idulfitri jatuh pada Jumat, 15 Juni. Sementara itu bagi kalangan Nahdlatul Ulama (NU) seperti biasanya masih menunggu rukyat atau pengamatan hilal.

Jika nanti di Indonesia Idulfitri berpeluang besar serentak, lantas bagaimana dengan negara-negara lain? Thomas mengatakan, untuk wilayah ASEAN Idulfitri serempak jatuh pada Jumat 15 Juni. Sementara itu untuk seluruh dunia, Thomas juga mengatakan kemungkinan besar Idulfitri jatuh pada Jumat 15 Juni. ’’Arab Saudi menggunakan rukyat. Kemungkinan besar akan seragam 15 Juni,’’ tuturnya.

Dirjen Bimas Islam Kemenag Muhammadiyah Amin mengatakan bahwa penetapan 1 Syawal oleh pemerintah, tetap menunggu hasil sidang isbat. Kata dia, sidang isbat dilakukan untuk mengakomodir skema hisab yang dilakukan Muhammadiyah dengan sistem rukyat oleh NU. Tujuannya, menciptakan kekompakan di dalam kalangan umat Islam di Indonesia. ’’(Kemenag, red) masih menunggu hasil sidang isbat,’’ jelasnya.

Untuk mendukung proses sidang isbat tersebut, Kemenag menetapkan titik pemantauan hilal penentuan 1 Syawal berjumlah 97 titik. Lebih banyak dibandingkan saat penetapan 1 Ramadan yang berjumlah 95 titik. Amin mengatakan, penambahan jumlah pemantauan hilal itu karena gairah masyarakat dan tim hisab menyambut Idulfitri meningkat.

Amin juga menyampaikan perkembangan kalender Islam tunggal. Dengan kalender ini, maka potensi perbedaan awal puasa, Idulfitri, maupun Iduladha tidak terjadi lagi. Jadi ketika ada kalender Islam itu, keberadaan sidang isbat sudah tidak sepenting saat ini. Lalu apakah kalender Islam tunggal bisa diterapkan mulai 2019 nanti? ’’Kami berharap begitu,’’ kata Amin.  Meskipun begitu saat ini masih diperlukan pembahasan yang intensif dengan seluruh ormas Islam.(wan/agm/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook