JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Era keterbukaan informasi saat ini memudahkan setiap orang untuk menerima dan mengakses berita kapan saja dan di mana saja.
Berdasarkan data Hootsuite "Digital 2021: The Latest Insights Inti The State of Digital", rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial, dengan total pengguna aktif media sosial mencapai 170 juta, atau setara dengan 61,8 persen dari total populasi Indonesia.
Eksistensi media sosial juga mempercepat arus penyebaran informasi, bahkan seringkali viralitas di media sosial dijadikan sebagai sumber pemberitaan di media-media pers. Bahayanya, konten viral di sosial media memiliki kecenderungan sentiment negatif.
Latar belakang inilah yang membuat BRI mengadakan acara Training Kehumasan 2.0 secara daring dengan tema The Power Of Social Media. Acara kali ini bertujuan untuk mempertajam kemampuan para jajaran kehumasan BRI di 18 wilayah dan kantor cabang khusus, serta perusahaan anak BRI dalam membaca dan memprediksi potensi krisis serta kesiapan menghadapi krisis berdasarkan pola atau tren yang berkembang.
Beberapa Direksi BRI dan Praktisi Sosial Media menjadi narasumber dan memaparkan beberapa materi.
Diantaranya, A. Solichin Lutfiyanto selaku Direktur Kepatuhan BRI memaparkan bagaimana cara menghadapi keluhan nasabah yang terjadi di sosial media. Arga M. Nugraha selaku Direktur Jaringan dan Layanan BRI menghimbau para pekerja untuk paham bahwa sosial media bukanlah diary kehidupan pribadi.
Aestika Oryza Gunarto selaku Corporate Secretary BRI sekaligus Ketua Umum Forum Humas BUMN juga memaparkan potensi-potensi krisis yang datang dari media sosial.
“Semua pegawai BRI berfungsi sebagai humas bagi perusahaannya, dalam hal ini BRI, baik dalam peran promosi, informasi, dan pencegahan krisis yang terjadi. Ini menjadi tanggung jawab bersama bagi semua Insan BRILian," kata Aestika saat mengisi taining kehumasan, Rabu (8/9/2021).
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah (MAFINDO) Septiaji Eko Nugroho juga memberikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi krisis lembaga akibat hoax.
Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Erwan Sani