Presiden Siap Divaksin Pertama

Nasional | Kamis, 19 November 2020 - 08:45 WIB

Presiden Siap Divaksin Pertama
Joko Widodo (Presiden RI)

"Kita harus mampu berinovasi dan mengembangkan sendiri," tegasnya. 

Guna mendukung cita-cita tersebut, pihaknya bakal membangun pusat laboratorium vaksin nasional. Proyek itu rencananya dikerjakan pihak Puspiptek. Laboratorium tersebut diharapkan bisa menjadi wadah bagi peneliti, pemerintah, dan industri untuk bekerja sama dalam riset dan inovasi. 


Deputi Fundamental Research Eijkman Institute Herawati Sudoyo Supolo mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, vaksin Merah Putih merupakan program jangka panjang. Karena itu, harus betul-betul diperhatikan semua aspek dalam pengembangannya. Dalam pengembangan vaksin Covid-19, Eijkman menggunakan platform protein rekombinan dengan target protein spike dan nukleokapsid dari virus. Kemudian dilakukan whole genome sequence guna melihat virus tersebut sama atau tidak dengan yang beredar di Eropa atau Cina.  "Atau justru bermutasi setelah tiba di Indonesia," katanya. 

Setelah itu protein tersebut diproduksi dengan menggunakan mamalia dan ragi. Ini untuk mengantisipasi jika ada protein yang tidak bagus. Sehingga bisa diambil dari produksi lain.  "Itu yang dinamakan percepatan. Tidak dilakukan satu per satu seperti biasa, tapi paralel," ungkapnya. 

Herawati percaya diri bakal vaksin sudah bisa diberikan kepada industri pada awal 2021. Sebab, pihaknya sudah sering menggunakan platform itu untuk riset. Sehingga setelahnya bisa dilanjutkan ke proses upscaling dan uji klinis tahap I, II, dan III. Soal keamanan, Herawati memastikan bahwa seluruh proses dan tahapan dijalankan sesuai dengan aturan yang ada. Mulai praklinis di lab hingga sampai di pasar. Misalnya, bila pada tahap uji hewan ditemukan kelalaian atau side effect, wajib dihentikan dan dicari tahu penyebabnya. Namun, bila berhasil, akan dilanjutkan ke uji klinis tahap I, II, dan III. Seperti pada uji vaksin Sinovac.  

Pfizer Manjur 95 Persen

Jika pembuatan vaksin Covid-19 adalah lomba, maka Pfizer keluar sebagai juara pertama. Perusahaan yang berbasis di New York itu Rabu (18/11) merilis hasil akhir uji klinis tahap III mereka. Vaksin hasil kerja sama dengan BioNTech itu terbukti 95 persen efektif mencegah infeksi. 

Vaksin tersebut juga bekerja sama baiknya pada lansia dan tidak menimbulkan masalah keamanan yang serius. Kesimpulan akhir itu jauh lebih baik ketimbang hasil penelitian awal yang menunjukkan bahwa efektivitas vaksin mereka 90 persen. 

"Khasiat vaksin ini konsisten di seluruh usia, ras, dan demografi etnis." Demikian bunyi pernyataan bersama Pfizer dan BioNTech, sebagaimana dikutip CNN. 

Efektivitas pada orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas sudah lebih dari 94 persen. Mereka memaparkan, ada 170 kasus Covid-19 di antara para relawan yang ikut uji coba. Sebanyak 162 orang mendapat plasebo atau cairan yang tidak berisi vaksin. Sementara itu, delapan orang lainnya diinjeksi dengan vaksin. Ada sepuluh relawan yang sakitnya cukup parah, tapi sembilan orang berasal dari kelompok plasebo. Ada tim independen yang mengawasi efek samping penggunaan vaksin yang diberi nama BNT162b2 itu. Hingga kini, mereka belum melaporkan adanya masalah serius. 

Begitu data hasil penelitian tahap akhir itu keluar, Pfizer menyerahkannya ke Badan Obat dan Pangan (FDA) AS. Mereka berharap bisa mendapat izin penggunaan untuk situasi darurat dalam beberapa hari ke depan. Mereka juga menyerahkan data tersebut ke badan pengatur obat dan pangan di berbagai negara lain. "Perlindungan cepat plus bisa digunakan semua usia bakal menjadikan vaksin ini sebagai alat penting untuk mengatasi pandemi," terang CEO BioNTech Dr Ugur Sahin.

Vaksin Sinovac 

Uji coba vaksin yang dikembangkan Sinovac Biotech juga menunjukkan hasil. Kemarin perusahaan yang berbasis di Beijing, Tiongkok, itu merilis hasil penelitian uji klinis tahap I dan II.

"Hasil penemuan kami menunjukkan bahwa CoronaVac dapat memicu respons antibodi dalam kurun waktu empat pekan setelah imunisasi," ujar Zhu Fengcai dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Jiangsu di Nanjing. 

Dia adalah salah seorang penulis jurnal penelitian CoronaVac yang kini diterbitkan The Lancet Infectious Diseases. Dalam satu kali imunisasi, ada dua dosis yang harus diinjeksikan dengan jarak 14 hari. Data yang diunggah dalam jurnal itu berasal dari sekitar 700 relawan di Cina.(byu/syn/tau/jpg)

 

Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook