Bantuan Gempa Palu Belum Merata

Nasional | Jumat, 05 Oktober 2018 - 17:12 WIB

Bantuan Gempa  Palu Belum Merata
KOKOH: Masjid Terapung yang jadi ikon Kota Palu masih tampak kokoh di pinggir Pantai Talise, Kamis (4/10/2018). Wilayah di sekitarnya porak-poranda akibat gempa dan tsunami yang mengguncang Sulawesi Tengah pada 26 September lalu. (BOY SLAMET/JPG)

PALU (RIAUPOS.CO) - Distribusi bantuan yang belum merata menjadi masalah baru penanganan pascagempa Palu, Donggala dan Sigi. Kondisi itu membuat banyak pe­ngungsi yang belum terjamah bantuan mulai kelimpungan lantaran kehabisan stok logistik dan obat-obatan.

Di Donggala bagian utara salah satuya. Korban terdampak gempa yang mendirikan posko pengungsian darurat di perbukitan di sana sangat berharap bantuan segera tiba. Di antaranya, beras, selimut, tenda dan obat-obatan. Sebab, persediaan makanan mulai menipis. 

Tenda pengungsian yang mereka bangun secara swadaya juga sudah tak layak.
Baca Juga :BMKG: Waspada Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi di Sejumlah Daerah

Paling parah, di Desa Batusuyagoo, Kecamatan Sindue Tombu Sabora. Mereka kini mengandalkan kelapa dan pisang untuk mengganjal perut. Makanan itu mereka peroleh dari perkebunan yang berada tak jauh dari lokasi pengungsian. Tak hanya itu, pengungsi di sana, khususnya anak-anak dan lanjut usia (lansia) juga mulai terserang demam karena kedinginan dan kekurangan makanan.

Bahkan, Ahmad, seorang pengungsi di perbukitan harus berjibaku melawan ganasnya penyakit mirip hernia di tengah kondisi serba sulit itu. Penyakit yang sudah ia alami sejak tujuh bulan tersebut kini makin mengenaskan, membengkak besar. “Rasanya sakit sekali,” ujarnya kepada Jawa Pos (JPG), Kamis (4/10). 

Sebetulnya Ahmad hendak dirujuk ke rumah sakit di Palu. Namun, karena desanya diguncang gempa, niat itu urung dilakukan. Jalan Trans-Sulawesi yang terputus tak memungkinkan dirinya dibawa ke Palu. 

“Ada gempa, tidak jadi dirujuk,” tuturnya sambil meringis kesakitan. Sambil menunggu bantuan tiba, Ahmad tinggal di posko darurat yang terpisah dari pengungsi lain. Donggala Utara menjadi wilayah terdampak gempa yang belum maksimal terjamah bantuan. Salbia, pengungsi di Kecamatan Sirenja, Donggala, mengatakan bantuan dari pemerintah baru sampai kemarin. Padahal, selain gempa, wilayah itu juga terdampak tsunami pada Jumat (28/9) cukup parah. “(Desa) Tanjung Padang yang kena dampak tsunami,” terangnya kepada JPG. 

Jarak Sirenja dari Palu lebih jauh. Dari Sindue Tombu Sabora, jaraknya sekitar 30 kilometer ke utara. Selain Tanjung Padang, ada beberapa desa lain yang terdampak gempa parah. Yakni, Desa Lende, Tompe, dan Tondo Sao. Di Lende, beberapa rumah rata dengan tanah akibat gempa. 

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, pihaknya sudah memetakan daerah-daerah terisolir tersebut. Beberapa strategi pun telah di­siapkan untuk membantu mereka. “Setelah maping (pemetaan, red) kami langsung action,” ungkapnya saat dikonfirmasi JPG di kantor Dinas Sosial Sulawesi Tengah (Sulteng) di Palu.

Bukan hanya logistik, pihaknya juga berencana menurunkan tim terpadu yang terdiri dari petugas medis dan psikososial. Namun, rencana itu baru bisa berjalan setelah pihaknya benar-benar mendapat kepastian dari posko induk bantuan sosial (bansos). “Kami sudah tahu daerah-daerah yang belum tersentuh secara maksimal dari tim manapun,” ungkap dia.

Khusus untuk penanganan trauma pascagempa, Kementerian Sosial menggandeng Seto Mulyadi alias Kak Seto dalam tim layanan dampingan psikososial (LDP). Tim itu nanti akan disebar ke seluruh posko induk bansos. Dan memprioritaskan pemulihan trauma anak-anak. 

“Makanan itu nomor satu (yang diperlukan pengungsi, red). Kurang makan jadi nggak semangat, nggak bisa bergerak,” ujarnya kepada JPG. 

Kak Seto baru tiba di Palu kemarin. Hari ini, dia bakal fokus melatih para relawan. Berikutnya, relawan itu akan disebar ke seluruh posko induk pengungsian. “Nomor satu pengobatan pada aspek psikologisnya. Anak-anak dibikin gembira dan bernyanyi, berteriak,” ujarnya.

Kerahkan Tiga Helikopter

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan sudah ada pengerahan sedikitnya tiga helikopter untuk menjangkau daerah-daerah yang belum mendapatkan bantuan pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Helikopter itu di antaranya milik TNI dan Palang Merah Indonesia (PMI). 

”Kami sudah siapkan tiga heli, hari ini (kemarin, red),” ujar JK di Istana Wakil Presiden, Kamis (4/10).

Sebelumnya, JK yang juga ketua umum PMI itu juga telah meminta dua helikopter tipe Bolcow BO-105 untuk membantu distribusi logistik dan petugas kesehatan ke Palu dan Donggala. Helikopter itu diberangkatkan dari hanggar bukit Baruga Makassar. JK menuturkan helikopter itu akan membawa logistik berupa makanan, roti, dan lainnya. Khususnya untuk daerah-daerah yang lokasinya berada di ketinggian dan sulit terjangkau seperti di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala. Termasuk empat kecamatan di Sigi yang sebelumnya dikabarkan belum menerima bantuan. Yakni Kolawi, Kolawi Selatan, Lindu, dan Pipikoro. 

”Semua sekarang sudah dijangkau dengan heli,” kata JK memastikan.

Sore kemarin, JK juga bertemu Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peter di Istana Wakil Presiden. Peter pun menjanjikan akan membantu korban gempa di Sulteng itu. Di antaranya dengan mengirimkan pesawat C-130 Hercules untuk mengangkut logistik dan relawan. Selain Selandia Baru juga ada 17 negara lain yang ingin membantu Indonesia. ”Hari ini masuk dari Jepang, masuk dari Selandia Baru, masuk dari India,” kata JK.

Peter mengungkapkan bahwa pihaknya memang berkomitmen untuk membantu korban gempa di Sulteng. Bantuan yang diberikan berupa pesawat angkut C-130 Hercules dan bantuan dana. 

”Akan tiba pukul 18.00 malam ini (pesawat) C130. Dan, saya pikir, bantuan 5 juta dolar seperti apa yang saya ungkapkan,” jelas Peter.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menuturkan sudah ada dua pesawat dari Singapura dan dua India yang telah beroperasi di lapangan. Pesawat dari India berupa C130J SuperHerules dan Boeing C17 Globemaster. Sedangkan negara lain yang akan membantu Indonesia juga sudah diberikan clearance atau izin. Perizinan bisa lebih cepat karena menggunakan sistem online. Bantuan berupa pesawat itu dalam proses menuju Indonesia.

”Misalnya dari Jepang kemudian dari US Air Force itu juga dalam proses. Sementara yang lain clearance nya sudah diberikan,” ungkapnya. 

Penjarah Ada dari Luar Palu

Penjarahan pascagempa Palu terus ditindak. Hingga saat ini jumlah penjarah yang telah tertangkap membengkak menjadi 87 orang. Tidak hanya berasal dari Palu, ternyata ada sejumlah penjarah yang berasal dari daerah lain.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan untuk kemarin bertambah 42 tersangka kasus pencurian dengan pemberatan atau penjarahan. ”Ditambah yang kemarin (Selasa, red) 45, menjadi 87 pelaku yang diamankan,” ujarnya. 

42 tersangka penjarah itu diamankan di satu titik. Yakni, pergudangan Jalan Moh Hatta. Mereka terbagi dalam lima kelompok yang berbeda.(jun/idr/jpg) 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook