JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Cakupan dosis ketiga masih rendah yakni sekitar 25 persen atau 51 juta dosis sesuai data Kementerian Kesehatan. Melihat hal itu, Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan juga Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana menerapkan terobosan inovatif demi menggenjot cakupan booster.
Salah satunya mewajibkan sebagai syarat perjalanan dan juga syarat masuk ke mal. Para ahli setuju dengan hal ini. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menegaskan Covid-19 akan terus bermutasi. Mutasi virus bisa saja berubah menjadi lebih menular atau lebih ringan. Namun dengan adanya Omicron BA.4 dan BA.5 serta kini muncul kembali subvarian baru di India yakni BA.2.75 membuat booster kian penting.
’’Kebijakan booster masuk mal dan syarat perjalanan ya memang harus seperti itu. Pemerintah kan punya posisi yang kuat atau kewajiban menjamin kesehatan masyarakat,” ungkap Dicky kepada JawaPos.com, Selasa (5/7/2022).
Prinsipnya, kata dia, mengurangi dan mencegah risiko terpapar Covid-19 itu lebih baik daripada terinfeksi. Apalagi, lanjutnya, potensi long Covid akan memperburuk kondisi seseorang jika mengalami kondisi itu.
’’Dengan adanya varian-varian baru ini lebih menular dan menurunkan efikasi vaksin serta antibodi. Karena ada potensi sifat yang sama dengan varian Delta. Maka harus ada penguatan atau booster,” jelasnya.
Di sisi lain, kata Dicky, pemerintah harus semakin memperbanyak sentra vaksinasi di lokasi strategis dengan akses yang mudah. Syarat vaksinasi juga sebaiknya tidak membuat rumit.
’’Prosedurnya harus dipermudah. Booster akan membantu mengurangi gelombang varian baru,” jelasnya.
Didominasi Subvarian BA.5
Kementerian Kesehatan mengumumkan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini didominasi dengan subvarian BA.5. Sehingga booster akan memberi perlindungan yang lebih baik daripada hanya 2 dosis.
Ahli Spesialis Penyakit Dalam dan juga Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban juga setuju jika booster akan menjadi syarat perjalanan. Ia memberikan beberapa alasan salah satunya dominasi varian Omicron BA.5.
’’Negara di sekeliling Indonesia kasusnya meningkat tinggi. Positivity rate kita di atas 10 persen. BOR (keterisian tempat tidur RS) berkisar 9 persen. Kasus subvarian Omicron BA.5 bertambah, sekitar 87 persen. Dan (booster) meringankan gejala akibat Covid-19,” tutup Zubairi dalam kicauannya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman