Pekanbaru Mendung tapi Tak Hujan, Ternyata Fenomena Alam 3 November 2022

Nasional | Kamis, 03 November 2022 - 14:52 WIB

Pekanbaru Mendung tapi Tak Hujan, Ternyata Fenomena Alam 3 November 2022
Ilustrasi, Fenomena alam 3 November 2022. (FAJAR.CO.ID)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru sejak pagi terlihat mendung. Angin sepoi, namun hujan tak kunjung turun. Ternyata ada fenomena alam 3 November 2022, hari ini, Kamis (3/11/2022). Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena 3 November ini terjadi dikarenakan nilai perata waktu yang lebih besar atau lebih positif sehingga Matahari akan berkulminasi lebih awal dibandingkan hari-hari biasanya dalam setahun.

"Perata waktu adalah selisih antara waktu matahari sejati dengan waktu matahari rata-rata," jelas LAPAN.


Dijelaskan, waktu matahari sejati adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian matahari sebenarnya.

Sedangkan, Waktu Matahari Rata-Rata adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari rata-rata, yakni tepat 24 jam.

"Perata waktu dipengaruhi oleh dua faktor: deklinasi Matahari dan kelonjongan orbit Bumi," jelas LAPAN.

Kata LAPAN, deklinasi adalah sudut yang dibentuk antara ekuator langit (proyeksi ekuator Bumi pada bola langit) dengan ekliptika (lintasan edar Bumi mengelilingi Matahari).

Nilai minimum deklinasi saat ini adalah −23,44° derajat, sedangkan nilai maksimumnya adalah +23,44°.

Kedua nilai ini didasarkan kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap garis tegak lurus ekliptika sebesar 23,44°.

Kemiringan sumbu rotasi Bumi senantiasa berubah dengan periode 41.000 tahun; yakni 22,1° di tahun 8700 SM dan 24,5° di tahun 11800 M mendatang. Siklus ini disebut juga Siklus Milankovitch.

Orbit Bumi yang lonjong membuat Bumi di satu waktu berada pada titik terdekat dari Matahari, disebut juga perihelion, dan di waktu lain berada pada titik terjauh dari Matahari, disebut juga aphelion.

Saat harga mutlak deklinasi Matahari berkurang (Juni-September dan Desember-Maret), Matahari akan berkulminasi lebih lambat.

Sedangkan saat harga mutlak deklinasi Matahari bertambah (September-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan berkulminasi lebih cepat.

Saat Bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion (Januari-Juli), Matahari akan berkulminasi lebih lambat.

Sedangkan saat Bumi menjauhi titik aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), Matahari akan berkulminasi lebih cepat. Kombinasi dari kedua faktor inilah yang membuat Matahari akan berkulminasi lebih cepat pada September-Desember dengan puncaknya pada 3 November.

"Nilai perata waktu ketika tengah hari 3 November di Indonesia adalah +16 menit 27 detik," demikian LAPAN mengabarkan.

Sumber: Fajar.co.id

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook