JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Masyarakat yang ingin berangkat umrah, sebaiknya menunda dulu sampai bulan depan. Pasalnya saat ini tarif kamar hotel di Makkah naik cukup signifikan, mencapai 300 persen atau tiga kali lipat dari harga normal. Hal ini dikarena jumlah jemaah umrah membeludak.
Sekjen Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) M Faried Aljawi memprediksi masa high season umrah di Makkah tersebut bakal berlangsung sepanjang Januari ini. ''Setelah memasuki Februari nanti sudah agak turun,'' katanya, Senin (2/1).
Dengan demikian, jemaah yang mau berangkat umrah dianjurkan untuk memilih tanggal keberangkatan di bulan depan. Catatan dari AMPHURI high season jemaah umrah di Makkah sejatinya berlangsung sejak November 2022 lalu.
Tetapi pada akhir Januari 2023 semakin tinggi, bertepatan dengan libur sekolah. Banyak keluarga yang berangkat umrah rame-rame bersama anak-anaknya. ''Musim liburan yang bersamaan dari banyak negara. Tidak hanya dari Indonesia,'' katanya.
Selain itu Faried mengatakan, negara-negara pengirim jemaah umrah mulai melonggarkan perjalanan warganya ke luar negeri. Sehingga dimanfaatkan untuk berumrah dengan jumlah rombongan yang banyak.
Dia mengakui bahwa tarif sewa kamar hotel di ring satu Masjidil Haram naik sampai 300 persen.
Meskipun tarifnya naik sangat tinggi, tingkat keterisiannya juga cukup penuh. Sehingga berimbas pada hotel-hotel di ring dua.
''Harga hotel-hotel di ring dua, yang agak jauh dari Masjidil Haram juga naik,'' katanya. Ini karena terimbas limpahan jemaah yang tidak tertampung di hotel ring satu.
Tingginya tarif sewa kamar hotel tersebut, berimbas pada pelaku umrah di Tanah Air. Faried mengatakan sejumlah travel mulai menaikkan harga paket umrahnya. Padahal jemaah sudah melunasinya beberapa waktu lalu. Selain itu juga ada travel yang memilih menurunkan layanan (downgrade) untuk menekan biaya. ''Tetapi ada juga travel yang nombokin kenaikan sewa hotel itu,'' jelasnya.
Tetapi travel yang seperti itu tidak banyak. Mereka bisa nombokin sewa hotel dengan mengurangi margin keuntungan.
Dia berpesan kepada para penyelenggara umrah, kenaikan sewa pemondokan harus disikapi secara bijak. Kalaupun mau menaikkan, harus wajar dan dikomunikasikan dengan baik kepada jemaah umrah. ''Tidak boleh dinaikkan sembarangan, dengan alasan kondisi di Saudi sana,'' katanya.
Faried juga mengatakan travel bisa menyiasati mengubah jadwal perjalanan. Misalnya dengan melakukan rangkaian ibadah di Madinah terlebih dahulu. Baru kemudian ke Makkah. Dengan cara demikian, siapa tahun kepadatan hunian hotel di Makkah sudah mulai berkurang. (wan/jpg)