Bahayanya Bermain Air Banjir, DB hingga Leptospirosis Mengintai

Nasional | Jumat, 03 Januari 2020 - 23:15 WIB

Bahayanya Bermain Air Banjir, DB hingga Leptospirosis Mengintai
Sejumlah anak-anak menjadikan banjir sebagai arena bermain di Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (2/1). (DERY RIDWANSAH/JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Setelah musibah banjir terjadi, masyarakat sibuk membersihkan sisa-sisa lumpur di lingkungan masing-masing. Masyarakat diminta untuk tetap menjaga kebersihan, higienitas, dan sanitasi usai banjir. Jika perlu, gunakan semprotan disinfektan untuk membersihkan lingkungan dari ancaman kuman penyakit.

Pakar kesehatan Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis menjelaskan, penyakit pasca banjir yang paling sering terjadi adalah diare, lalu diikuti oleh penyakit kulit, dan leptospirosis. Bisa juga muncul penyakit infeksi lain seperti tiphus, infeksi saluran pernapasan, dan saluran pencernaan lainnya.


Cara mewaspadainya yakni dengan tetap menjaga kebersihan dan higienitas. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan langsung bersihkan tubuh usai kontak dengan banjir.

"Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, jangan kontak dengan air banjir. Jika memang kontak, jangan langsung kulit. Kalau kontak secepatnya bersihkan dengan air bersih segera. Buang air besar pada tempatnya. Jaga kebersihan," tuturnya.

Dalam laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat beberapa penyakit yang akan mengancam pasca bencana banjir. Banjir dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi.

Faktor risiko utama adalah kontaminasi fasilitas air minum, atau krisis penyediaan air bersih sebagai prioritas. Lalu apa saja penyakit yang bisa muncul?

1. Leptospirosis. Satu-satunya infeksi yang rawan epidemi yang dapat ditularkan langsung dari air yang terkontaminasi adalah leptospirosis, penyakit bakteri zoonosis. Penularan terjadi melalui kontak dengan kulit dan selaput lendir dengan air yang terkontaminasi dengan urin hewan pengerat.

Terjadinya banjir setelah hujan deras memudahkan penyebaran organisme, karena proliferasi tikus menumpahkan sejumlah besar leptospira dalam urin mereka. Kemungkinan perubahan lingkungan meningkatkan populasi vektor (hewan pengerat) yang memfasilitasi penularan.

2. Demam berdarah dan malaria. Banjir secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan penyakit yang ditularkan melalui vektor. Misalnya demam berdarah dan malaria. Risiko wabah bisa meningkat.

3. Infeksi saluran pencernaan. Di antaranya seperti diare rotavirus, salmonellosis, E coli, demam tifoid paratifoid, hepatitis A, shigellosis dan kolera. Itu karena krisis air bersih.

4. Risiko penyakit lainnya. Risiko kesehatan lain yang ditimbulkan oleh banjir termasuk tenggelam, cedera atau trauma. Hipotermia juga dapat menjadi masalah, terutama pada anak-anak, jika terjebak dalam air banjir untuk periode yang lama.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook