BANGUN RUMAH TAHAN GEMPA DI DIY SELATAN DAN JATENG

Gempa Bantul, Seorang Perempuan Meninggal di Pelukan Suami

Nasional | Minggu, 02 Juli 2023 - 09:51 WIB

Gempa Bantul, Seorang Perempuan Meninggal di Pelukan Suami
Dapur rumah Katimin, warga Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri runtuh akibat gempa Bantul, Sabtu (1/7/2023). (IWAN ADI LUHUNG/RADAR SOLO)

BANTUL (RIAUPOS.CO) -  Gempa yang mengguncang Bantul memang telah reda. Namun, trauma masih membekas bagi para korbannya. Terutama bagi Kuatdi (65) warga Bambanglipuro, Bantul. Istrinya, Sudirah, meninggal saat gempa berlangsung. Perempuan 67 tahun itu meninggal dalam pelukan suaminya.

Berdasar data sementara, Sudirah menjadi satu-satunya korban yang meninggal. Namun, Sudirah tidak tertimpa reruntuhan bangunan. Dia meninggal karena penyakit jantungnya kambuh saat gempa terjadi. Kronologi peristiwa menyedihkan itu diungkapkan Kepala Seksi Humas Polres Bantul Iptu I Nengah Jeffry kepada JPG, Sabtu (1/7).


Menurut dia, sebelum gempa terjadi, Sudirah dan Kuatdi sedang bersantai di dalam rumah. Tiba-tiba, lantai rumah terasa berguncang. Kuatdi segera menyadari bahwa gempa sedang terjadi. Dia langsung lari ke luar rumah. Sejurus kemudian, dia sadar istrinya masih berada di dalam rumah. Kuatdi lantas berlari kembali ke dalam rumah. Dia ingin menyelamatkan Sudirah. ”Kuatdi lalu melihat istrinya sudah tersengal-sengal di tempat tidur,” katanya.

Kuatdi lantas memeluk istrinya. Namun, tak lama kemudian Sudirah mengembuskan napas terakhir. Dia diduga terkena serangan jantung.

Jeffry membeberkan, tiga hari sebelumnya Sudirah memang dirawat di Rumah Sakit Adyatma. Namun, karena kondisinya membaik, dia diperbolehkan pulang. Namun, kondisi Sudirah ternyata langsung ngedrop saat gempa terjadi.

Sebagaimana diberitakan, gempa berkekuatan 6,4 skala Richter dirasakan di hampir seluruh wilayah Yogyakarta dan Pulau Jawa pada Jumat (30/6) malam. Peristiwanya terjadi pada pukul 19.57 dan berpusat di 86 kilometer barat daya Bumi Projotamansari dengan kedalaman 25 kilometer. Dampaknya terasa sampai Kulon Progo dan Gunung Kidul. Bahkan, beberapa daerah di Jawa Timur merasakan guncangan.

Dari Jakarta, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sugeng Mujiyanto menyampaikan, lokasi terdekat dengan pusat gempa bumi adalah daerah selatan Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Berdasar posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, gempa diperkirakan terjadi akibat aktivitas sesar aktif pada zona prismatik akresi di bagian atas megathrust.

Berdasar data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa Bumi sebagian besar terletak pada kawasan rawan bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi. ”Gempa bumi ini tidak mengakibatkan tsunami meski pusat gempa bumi terletak di laut,” ujar Sugeng.

Badan Geologi merekomendasikan bangunan di daerah selatan Provinsi DIJ dan Jawa Tengah harus dibangun dengan konstruksi tahan gempa Bumi. Sebab, wilayah-wilayah tersebut rawan mengalami gempa dan tsunami.

”Gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan bahaya ikutan (collateral hazard, red), yaitu retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi,” jelas Sugeng.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meninjau lokasi terdampak gempa di Jogjakarta kemarin. Dia mengungkapkan, sejak gempa utama mengguncang, terjadi 47 kali gempa susulan. ”Dan mungkin masih tambah,” katanya.

Namun, seiring dengan itu, kondisi semakin stabil. Gempa susulan juga semakin melemah, bahkan tidak dirasakan masyarakat.

Terpisah, Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, hingga kemarin pukul 08.10, tercatat jumlah korban terdampak mencapai 106 kepala keluarga (KK). Lalu, ada 5 KK yang mengungsi, 9 orang luka-luka, dan 1 orang meninggal.

Korban luka-luka yang teridentifikasi di Kabupaten Gunungkidul berjumlah dua orang, Bantul (1 orang), dan Sleman (1 orang). Lalu, ada satu korban meninggal di Kabupaten Bantul. ”Warga terdampak terbanyak berada di Kabupaten Gunungkidul dengan 58 KK, lalu di Bantul 31 KK, Kulon Progo 16 KK, dan Sleman 3 KK,” paparnya. Kemudian, 5 KK yang mengungsi berada di daerah Padukuhan Kuwon Kidul, Pacarejo, Semanu, dan Gunungkidul.

Para korban telah mendapat penanganan gawat darurat oleh BPBD dan pihak terkait. ”Petugas BPBD juga melakukan kaji cepat dan kaji kebutuhan pascagempa,” ungkapnya.

Untuk kerusakan bangunan, tercatat 102 unit rumah rusak ringan dan 4 unit rusak sedang. Kemudian, untuk fasilitas umum, dilaporkan 15 unit perkantoran, 5 tempat ibadah, 3 fasilitas usaha, 2 fasilitas pendidikan, dan 2 fasilitas kesehatan rusak.

”Dampak rumah rusak terbanyak berada di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 58 unit, Bantul 31, Kulon Progo 16, dan Sleman 1,” paparnya.

Lebih lanjut, Aam menjelaskan, gempa yang berpusat 81 km selatan Kota Wates juga berdampak di wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Hampir semua warga kabupaten di Jateng merasakan guncangan gempa. BNPB mencatat, ada 11 kabupaten yang warganya merasakan guncangan gempa. Yakni, Kabupaten Tegal, Kebumen, Purbalingga, Wonogiri, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Banyumas, Banjarnegara, Klaten, dan Brebes.

Akibatnya, 102 KK terdampak di wilayah Provinsi Jateng. Jumlah terbanyak teridentifikasi berada di Kabupaten Wonogiri dengan 67 KK. Disusul, 13 KK di Kabupaten Kebumen serta 6 KK di Purbalingga dan Wonosobo. Kerusakan rumah di Provinsi Jateng mencapai 102 unit. Perinciannya, 88 unit rusak ringan, 13 unit rusak sedang, dan 1 unit rusak berat. Kerusakan rumah tersebut terjadi di Kabupaten Wonogiri sebanyak 67 unit dan Kebumen 11 unit.

Selain tempat tinggal, kerusakan terjadi pada fasilitas publik seperti fasilitas umum 8 unit, tempat ibadah 3 unit, fasilitas pendidikan 3 unit, serta jaringan listrik.

Untuk Provinsi Jatim, lanjut dia, dampak gempa dirasakan warga di Kabupaten Trenggalek, Ponorogo, dan Tulungagung. Sebanyak 14 KK terdampak di provinsi ini. Perinciannya, Kabupaten Pacitan 10 KK, Ponorogo 2 KK, serta Tulungagung dan Trenggalek masing-masing 1 KK.

Akibat gempa ini, sejumlah rumah juga dilaporkan mengalami kerusakan. BNPB mencatat, jumlah rumah rusak mencapai 37 unit. Perinciannya, 18 rusak sedang, 15 rusak ringan, dan 4 rusak berat. ”Rumah rusak paling terdampak berada di Kabupaten Pacitan dengan perincian 17 unit rusak sedang, 15 unit rusak ringan, dan 1 unit rusak berat,” jelasnya.

Pada bagian lain, Plt Kepala Biro Humas Kementerian Sosial Romal Uli Jaya Sinaga menyatakan, pihaknya telah turun untuk memberikan bantuan ke lokasi terdampak. ”Melalui Command Center Kemensos dan WA grup, Ibu Menteri telah memerintah seluruh petugas sentra/balai, Tagana, dan unsur  pendamping Kemensos yang terdekat untuk menyisir seluruh lokasi terdampak,” ujarnya.

Selain itu, telah didirikan tenda serbaguna untuk pengungsian di Padukuhan Kuwon Kidul, Gunungkidul. Logistik pun sudah diberikan. Di Kabupaten Pacitan, bantuan permakanan telah diberikan melalui Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso, Solo. Termasuk kasur, selimut, tenda gulung, kidswear, hingga tenda keluarga. Nilai total bantuan mencapai Rp223.213.000.

Kemudian, dari Sentra Margo Laras, Pati, ada bantuan 40 paket makanan anak, 100 paket makanan siap saji, 100 lembar selimut, dan 20 paket sandang dewasa dengan nilai bantuan Rp 12.892.900.

Sementara, untuk Gunung Kidul dan Bantul, bantuan disalurkan melalui Sentra Terpadu Kartini, Temanggung; Sentra Antasena, Magelang; dan Lumbung Sosial Gn Kidul dengan nilai bantuan masing-masing Rp52.836.000, Rp45 juta, dan Rp30.448.000.

Kemudian, untuk Kebumen, bantuan diberikan melalui lumbung sosial dengan nilai bantuan Rp5.856.720. ”Total nilai bantuan Rp370.246.620,” ujarnya.(dee/wan/mia/inu/oni/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook