Totok mengungkapkan, sekelompok orang berusaha menghalangi petugas yang mencari Bechi di ponpes, Kamis (7/7). Alhasil, mereka ditangkapi. Total, ada 321 orang. "Dari pemeriksaan yang berjalan, lima orang ditetapkan sebagai tersangka," tegasnya.
Dia memerinci satu orang adalah yang menggagalkan penyergapan kepada Bechi, Ahad (3/7). Empat orang lainnya terkait dengan penghalangan kepada polisi di ponpes.
Sementara itu, suasana Ponpes Shiddiqiyyah yang berlokasi di Ploso, Jombang, terlihat sepi kemarin. Aparat yang sebelumnya berjaga bergeser ke markas masing-masing. Beberapa santri tampak mulai pulang.
Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Jombang (JPG) di sekitar lokasi pada pukul 10.30, dua pintu masuk pondok di dekat masjid dan di gang sisi selatan pondok telah steril dari penjagaan. Menurut salah seorang warga sekitar, Tatik, 60, tidak banyak aktivitas yang terlihat di dalam pondok.
Ada beberapa santri anak yang memang mulai dijemput orang tua masing-masing. "Kan memang lagi ada acara kelulusan. Banyak santri yang pulang, santri anak-anak," ucapnya.
Di pintu masuk utara depan masjid, mobil yang sebelumnya terparkir menghalangi pagar terlihat sudah bersih. Hanya tampak beberapa kendaraan yang diparkir rapi di area dalam pondok.
Sementara, di pos penjagaan, beberapa orang terlihat duduk memantau. Namun, sejumlah anggota keamanan pondok berpakaian preman tampak berjaga di sekitar gerbang. Termasuk berjaga di warung-warung dekat gerbang sebelah utara.
Dari dalam pondok, beberapa kali terlihat anak-anak kecil berpeci dan bersarung keluar pondok. Mereka tampak membawa tas dan berjalan bersama orang tua masing-masing. Warga menyebut, para santri ini memang sedang dijemput orang tuanya. "Ada yang keluar tadi. Santri pulang karena kemarin ada acara perpisahan siswa," kata Tatik.
Dimintai konfirmasi terpisah, Kapolres Jombang AKBP M. Nurhidayat membenarkan penarikan anggota di lokasi pesantren. "Anggota di ponpes kami geser," ujarnya.
Kendati demikian, patroli keamanan tetap dilaksanakan untuk menjaga kondusivitas pasca penangkapan Bechi. "Tidak khusus di pondok, patroli ditingkatkan di seluruh wilayah Ploso untuk menjaga keamanan," tegas dia.
Terpisah, Kepala Kemenag Jombang Taufiqurrohman menyampaikan, seluruh kegiatan pendidikan di Ponpes Shiddiqiyyah, Ploso, tidak diakui lagi. Menyusul pembekuan izin operasional. Tercatat, ada 1.041 santri yang masih belajar. Seluruh wali santri diimbau segera menjemput anaknya yang saat ini masih berada di pondok.
"Sesuai keputusan direktur pendidikan diniyah dan pondok pesantren Ditjen Pendidikan Islam, izin operasional Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah, Ploso, dibekukan," terangnya kemarin.
Dengan pembekuan itu, dia menyebut seluruh kegiatan pendidikan di dalam pesantren tidak diakui lagi. Termasuk dua pendidikan kesetaraan. "Jadi, di sana kan ada pendidikan pesantren serta pendidikan kesetaraan paket B dan C. Kalau dibekukan, ya artinya keberadaannya tidak diakui," jelasnya.
Karena itu, Taufiq mengimbau semua wali santri bersikap bijak. Mereka diharapkan menjemput anak-anaknya dari pesantren itu untuk dipindahkan ke pesantren lain yang lebih aman.
Hingga kemarin, tercatat ada 1.041 santri di dalam Ponpes Shiddiqiyyah yang masih belajar. Dalam waktu dekat, pihaknya bersama Kemenag pusat terus melakukan telaah dan pemantauan lebih lanjut. "Termasuk pendekatan ke sejumlah wali santri agar mereka mematuhi imbauan ini," ujarnya.(edi/gas/riz/bin/c14/ttg/jpg)