Senada disampaikan putra kedua almarhum Dawam, Jauhari Rahardjo. Dia menyampaikan bahwa ayahnya sudah sembilan bulan terakhir harus bolak-balik ke rumah sakit. ”Sudah sembilan bulan ini sakit,” kata dia.
Selam hidupnya, Jauhari mengenal Dawam sebagai sosok yang sederhana dan tidak pernah neko-neko. Pesan yang disampaikan sebelum wafat juga tidak banyak. Ayah dua anak itu hanya meminta untuk dimakamkan di dekat makam Nurcholish Madjid atau lebih dikenal Cak Nur.
”Disampaikan kepada ibu saya. Sudah lama disampaikan,” imbuhnya. Sesuai pesannya, Dawam mendapat tempat peristirahatan terakhir di dekat makam Cak Nur.
Sebagai salah seorang tokoh yang pernah mendapat Bintang Mahaputra Utama, Dawam berhak dimakamkan di dekat makam Cak Nur di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Penghargaan itu dia peroleh dari B. J. Habibie ketika masih bertugas sebagai presiden pada 1999. Bukan penghargaan biasa, Bintang Mahaputra Utama merupakan salah satu tanda kehormatan tertinggi untuk masyarakat sipil.(syn/jpg)
Dawam semasa hidup memang punya banyak sumbangsih. Alumunis Universita Gadjah Mada (UGM) itu pernah menjadi ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) pusat pada 1995 sampai 2000. Dia juga sempat dapat kepercayaan sebagai ketua tim penasihat presiden B. J. Habibie pada 1999. Tidak hanya itu, Dawan juga dikenal sebagai salah seorang cendikiawan yang aktif bergerak di lapangan.