Stok Keperluan Pokok Berlebih, tapi Harga Melambung

Nasional | Minggu, 13 Mei 2018 - 10:12 WIB

Musbar Ketua Peternak Layer Nasional (PLN) mengatakan, pelaku usaha pada prinsipnya mendukung untuk ikut serta menjaga harga telur dan daging ayam tetap stabil pada HBKN ini.

”Kami yakin, Ketersediaan telur di pelaku usaha cukup untuk memenuhi kebutuhan selama bulan puasa dan Idul Fitri,” ungkapnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kenaikan Harga Pakan

Sudirman, Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengatakan bahwa harga pakan naik karena bahan baku pakan naik sangat signifikan. Kenaikan ini disebabkan karena 2 hal. Yang pertama adalah kenaikan harga komoditas internasional. Terutama bungkil kedelai, bahan utama pembuat pakan konsentrat, yang diikuti dgn bahan baku pakan lainnya. Ini menyebabkan lonjakan harga pada pakan konsentrat yang sudah jadi. Sudirman mencontohkan, harga bungkil kedelai sebelumnya setara dgn Rp. 5200/kg, saat ini mencapai  Rp7600/kg.

”Faktor kedua adalah nilai tukar, atau depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika,”kata Sudirman, Ahad (12/5).

Kenaikan harga pakan ini, kata Sudirman tentu langsung berdampak terhadap biaya produksi ayam dan telur yang kemudian menaikkan harganya di pasaran. Sudirman mengatakan, selama ini peternak maupun industri sangat tergantung dari bahan-bahan impor dari luar negeri untuk membauat pakan konsentrat. Walaupun komponen impor secara volume/komposisi pakan hanya 35-40% dari total pakan, namun dari sisi harga, bisa mencapai 75 persen dari total harga produksi pakan.

”Misalnya, dolar AS naik setara Rp100, akan langsung menaikan harga pakan 75 persen dikali 100,  jadi 75 ribu,” jelas Sudirman.

Tiap tahunnya, pengusaha merogoh kocek jutaan dolar untuk mendatangkan bungkil kedelai dan tepung daging bakal bahan pakan konsentrat. Untuk bungkil kedelai saja, Sudirman menyebut para pengusaha mengimpor sebanyak 4,3 juta ton.

”Itu harganya sekitar 2 miliar dolar,” jelas Sudirman.

Sementara untuk tepung daging (meal dan bone meal), setiap tahun pengusaha harus mengimpor sekitar 400 ribu ton atau setara 200 juta dolar.

“Jadi total komponen impornya sekitar 4 miliar dolar,” jelas Sudirman.

Meski demikian, Ketua Harian Gabungan Peternak Ayam Nasional (Gopan),  Sigit Prabowo mengaku kenaikan harga pakan ini masih dalam taraf wajar. Ia juga sepakat ada beberapa broker yang ingin memainkan harga menjelang bulan puasa.

“Selama produksi masih lancar dan pakan terbayar, saya rasa tidak ada masalah,” pungkasnya.

Sejauh ini, kata Sigit, memang belum ada substansi yang mampu menggantikan bahan-bahan impor untuk pakan konsentrat.(tau/ang/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook