MAKASSAR (RIAUPOS.CO) -- Beberapa hari terakhir terjadi gejolak harga gabah. Saat musim panen di sejumlah daerah, harga gabah kering panen malah anjlok menjadi Rp2.500 per kg. Padahal, harga pemberian pemerintah (HPP) adalah Rp4.000 per kg.
Kasus anjloknya harga gabah, antara lain, terjadi di Jember, Jawa Timur. Sejumlah petani bahkan sempat demo dengan membakar gabah kering. Kasus serupa juga terjadi di Jombang. Merosotnya harga gabah tersebut disinggung Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla (JK) dalam silaturahmi kebangsaan di Makassar, Ahad (31/3).
Acara tersebut diselenggarakan oleh Jenggala Center Sulawesi Selatan. Setelah menyampaikan pidato sekitar 20 menit, JK membuka sesi dialog. Seorang undangan mengeluhkan harga kebutuhan pokok. Termasuk di antaranya harga beras. Menjawab keluhan tersebut, Wapres JK menuturkan bahwa komoditas beras berbeda dengan cokelat. Sebab, cokelat itu diimpor dan kalau harganya naik, pendapatan masyarakat ikut naik.
Sedangkan harga beras tidak demikian. Jika ada kenaikan harga, maka berpengaruh pada biaya hidup. “60 persen (pengeluaran, red) untuk makan. Maka ongkos hidupnya akan naik,” jelasnya.
Sebaliknya, harga beras atau gabah tidak bisa begitu saja diturunkan. Sebab, jika harga beras atau gabah diturunkan, akan menimbulkan masalah di kalangan petani.
“Maka di situlah fungsi Bulog (Badan Urusan Logistik, red),” kata JK. Dia menegaskan bahwa tugas Bulog adalah membuat harga gabah atau beras menjadi stabil.
JK mengingatkan, jika harga beras atau gabah di tingkat petani turun, maka Bulog membeli dari petani sesuai harga yang ditetapkan pemerintah. Sebaliknya, ketika harga beras naik, Bulog melakukan operasi pasar. Caranya dengan menjual stok yang dimiliki Bulog ke masyarakat sesuai dengan harga acuan.(han/oni/nis/ted)