Salah satu olahraga bela diri yang berkembang pesat di Riau adalah taekwondo. Kepopulerannya oleh anak-anak muda dijadikan hobi, bahkan dijadikan sebagai gaya hidup dalam berkumpul-kumpul para taekwondoin. Olahraga bela diri ini digemari oleh semua kalangan, sejak usia dini hingga dewasa, bahkan hingga tua.
RIAUPOS.CO - Sebagaimana diketahui, taekwondo ini adalah seni bela diri asal Korea Selatan. Taekwondo juga dipertandingkan di ajang olimpiade. Kata tae berarti menendang atau menghancurkan dengan kaki. Kwon berarti tinju, dan do berarti jalan atau seni. Jadi, taekwondo dapat diartikan sebagai seni bela diri tangan dan kaki.
Kepopuleran taekwondo telah menyebabkan seni bela ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, hiburan, dan filsafat.
Diceritakan Yana Puspita Arrum, SPd , salah satu atlet PON Riau, bahwa awal mula dia tertarik dengan taekwondo ini dimulai dari hobi. Dari hobi ini terus berproses dapat menjaga kebugaran fisik, dan juga mampu membela diri. Namun semakin hari muncul rasa cinta yang dalam terhadap taekwondo hingga mengantarkannya menjadi salah satu atlet andalan PON Riau cabang olahraga taekwondo.
‘’Secara pribadi awalnya hobi dan mulai tertarik dengan taekwondo karena ingin membentengi diri,’’ kata Yana kepada Riau Pos, Sabtu (25/3).
Menurut dia, menjadikan taekwondo ini sebagai hobi dan lifestyle memang tepat. Perlu membekali diri dengan ilmu bela diri. Jika khawatir bila ada aksi yang berlebihan dari lawan, maka perlu masuk di klub dan berlatih supaya lebih terukur.
‘’Ternyata niatan awal hobi, berubah menjadi ingin berprestasi,’’ tambahnya.
Putri kelahiran Koto Gasib, Kabupaten Siak, 15 Agustus 1995 itu saat ini sudah membekali diri jadi pelatih dan wasit. Dia juga aktif di kepengurusan Pengprov TI Riau. Dia telah masuk klub Siak Taekwondo Fighter Club (STFC) dengan pelatihnya, Mardianton, yang beralamat di Desa Buatan II, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak. Pertama kali dia diikutsertakan oleh pelatih untuk tanding antarkecamatan di Kabupaten Siak.
Alhamdulillah, kata Yana, atas izin Allah SWT dapat trofi piala juara 3 kategori seni. ‘’Dan alhamdulillah hal tersebut menjadi batu loncatan untuk lebih bersemangat berlatih dan haus ikut kejuaraan,’’ ujarnya.
Disampaikannya, dalam menjalankan program latihan sehari-hari yang diberikan pelatih, putri maupun putra, treatment yang diberikan sama persis, tidak ada perbedaan. Bahkan antara putra dan putri diberikan kesempatan melakukan sparing partner bersama, di bawah kontrol pelatih tentunya.
‘’Ini agar mental dan sepak terjang atlet bertumbuh, terlebih untuk yang putri akan sangat bermanfaat,’’ kata Yana yang tetap berhijab meskipun dalam kejuaraan.
Untuk itu, disampaikannya, taekwondo ini bukan sekedar bela diri prestasi yang bisa memberikan kontribusi positif dalam hidupnya. Lebih dari itu, bahkan bisa menjadi ladang dakwah dalam menjalankan tugas sebagai atlet .
Memilih olahraga taekwondo sebagai hobi, Yana menyebutkan tentu sudah dipikirkan matang-matang. Biasanya, anak-anak putri lebih sibuk berkegiatan selain olahraga yang ekstrem seperti taekwondo. Remaja putri bisa jadi fotomodel, hobi masak-memasak, atau bahkan menjadi guru tari, dan lain sebagainya.
Dalam menggeluti taekwondo ini, kepada taekwondoin Yana memberikan tips-tips yang harus di siapkan untuk berlatih taekwondo secara rutin. Yaitu, tanamkan tekad dan niat, serta semangat dan kesungguhan jiwa dengan raga yang sehat, dan istiqomah.
“Always do the best, selalu lakukan yang terbaik, ‘’ kata Yana yang sejak SMP kelas 3 mulai tertarik dengan taekwondo ini.(gus)
Laporan AGUSTIAR, Pekanbaru