Wacanakan Anak Jalanan Disekolahkan ke Pesantren

Liputan Khusus | Jumat, 23 Juli 2021 - 09:03 WIB

Wacanakan Anak Jalanan Disekolahkan ke Pesantren
Ilustrasi (GRAFIS: AIDIL ADRI)

Covid-19 semakin mengganas. Namun, di beberapa persimpangan jalan di Kota Pekanbaru, masih terlihat anak jalanan dan manusia silver yang kebanyakan masih remaja, meminta-minta. Meski ada yang memakai masker, tapi banyak juga yang tak mematuhi protokol kesehatan (prokes). Mereka seakan tak takut terpapar Covid-19 untuk mencari penghasilan dengan cara "mengemis".

"Kalau dibilang tak takut, saya pribadi jelas takut terkena Covid-19. Makanya, saya pakai masker. Tapi, mau gimana lagi, kami perlu uang untuk makan," ujar Doing, manusia silver yang mangkal di persimpangan SKA saat ditemui Riau Pos.


Kok tak cari kerja lain? "Covid-19 seperti sekarang ini cari kerja susah Bang," ujarnya.

Remaja kelahiran Aceh ini mengaku baru tiga bulan menjalani "profesi" sebagai manusia silver. Sehari, Doing bisa mendapatkan Rp80 ribu hingga Rp150 ribu dan setiap hari disisihkan untuk ditabung dan makan sehari-hari. Sebelumnya, dirinya merupakan kuli bangunan. Namun, karena perekonomian terdampak Covid-19, maka tak banyak yang membangun di Pekanbaru.

Disinggung terkait vaksinasi, Doing mengaku belum menjalani vaksinasi dan berkeinginan untuk ikut vaksinasi massal yang dilaksanakan Pemerintah Kota Pekanbaru.

"Tapi, susah ikut vaksinasi. Banyak syarat yang harus dilengkapi. Kalau bisa, kami orang-orang kecil ini diberikan kemudahan untuk ikut vaksinasi," ujar pria yang sudah lama menetap di Pekanbaru ini.

Lain manusia silver, lain pula cerita dari anak jalanan yang juga mangkal di persimpangan traffic light SKA, Dedek. Bocah berusia 9 tahun ini mengaku tak punya kegiatan lain karena tidak ada biaya untuk sekolah.

"Makanya saya cari uang sendiri di sini," ujarnya. Tak takut corona? "Takutlah. Mudah-mudahan tak kenalah (corona, red)," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kota Pekanbaru Mahyuddin mengatakan anak jalanan dan manusia silver ini bukan hanya terkait masalah Covid-19, tapi juga penyakit masyarakat yang telah ada dari dulu dan pihaknya perlahan-lahan telah coba menyelesaikan masalah ini.

"Kalau dikatakan banyak, jangan dibilang banyak karena setiap hari satgas kami melakukan penertiban. Sudah kami ingatkan bahaya Covid-19, risiko kecelakaan lalu lintas. Tapi mereka tetap tidak peduli," ujar Mahyuddin.

Dia menyebut, namanya perilaku masyarakat, tak bisa dihilangkan secara drastis karena kompleks masalahnya. Setahu dia, berulang itu hanya satu dua orang saja.

"Itu pun karena orangtuanya ‘mada’ (nakal). Orang tuanya ada di situ, seperti di SKA, kami sudah ingatkan berkali-kali. Namanya, mengubah tabiat masyarakat, tak bisa sekaligus," tambahnya.

Terkait vaksinasi, Mahyuddin mengatakan keluarga penerima bansos PKH memang diwajibkan untuk ikut vaksinasi. Tapi, kalau  yang terjaring razia untuk divaksinasi, belum ada wacana karena menyangkut ketersediaan vaksin nantinya.

"Kalau minta dipermudah, ya kami mendorong mereka divaksin. Tapi, yang penting mereka punya NIK. Kalau KTP tidak ada, bawa kartu keluarga. Kalau tak ada ya, tidak bisa," ujarnya.

Imbau Tidak Beri Uang kepada Gepeng
Kadisos Pekanbaru Mahyuddin mengatakan, masalah gelandangan dan pengemis di Riau, khusus Pekanbaru tak mungkin bisa dituntaskan jika tidak ada kerja sama dari masyarakat. Kerja sama yang dimaksud Mahyuddin adalah dengan tidak memberikan uang kepada para gepeng tersebut.
 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook