HEALING DENGAN KEMPING

Ada Jejak sang Datuk, Lebih Baik Menghindar

Liputan Khusus | Minggu, 21 Mei 2023 - 11:19 WIB

Ada Jejak sang Datuk, Lebih Baik Menghindar
Komunitas Dadakan Adventures saat kemping bersama di kawasan Siabu, Kampar, belum lama ini. (DADAKAN ADVENTURES UNTUK RIAU POS)

RIAUPOS - Jika sudah hobi berkemah, maka tempat bukan masalah. Se­perti yang dilakukan oleh sebuah komunitas pecinta alam yang identik dengan berkemah bernama komunitas Dadakan Adventures.

Dadakan Adventures selalu melakukan kemping di tempat-tempat yang tidak lazim. Kadang absurd. Misalnya mereka pernah berkemah di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kaca Mayang, Hutan Kota di belakang GOR Tribuana, Danau Buatan, hutan Buluh Cina dan lainnya.


Tempat-tempat itu biasanya mereka jadikan camping ground ketika mengajak atau merekrut anggota baru. Kendati dimulai dari 11 orang yang suka mendaki gunung, yakni ketika mereka mendaki Gunung Singgalang, tetapi mereka terbuka mencari anggota baru. Bahkan bagi mereka yang juga tidak terlalu akrab dengan alam bebas, tapi mulai menyukai.

Selain itu, banyak juga tempat-tempat yang mereka jadikan camping ground merupakan kawasan yang benar-benar baru. Mereka juga selalu mengeksplor kawasan-kawasan wisata baru yang belum pernah atau sangat jarang dikunjungi wisatawan. Bahkan kawasan-kawasan itu tidak memiliki jalur transportasi dan hanya diketahui penduduk setempat. Misalnya mereka pernah berkemah di kawasan air terjun Panisan di sekitar Muara Takus. Areal ini tidak begitu banyak diketahui wisatawan dan publik, belum dikelola secara profesional oleh pengelola pariwisata, termasuk yang ada di Kampar seperti Kampung Patin Tour. Maka fasilitas di sana pun tidak ada. Tidak ada listrik, MCK, bahkan di beberapa tempat tidak ada sinyal handphone. Mereka mengandalkan persiapan yang matang sehingga bisa menghadapi kondisi alam dengan kemampuan sendiri.

Seorang member Dadakan Adventures Rifka Widya mengatakan, biasanya tidak ada wacana yang benar-benar serius ketika akan kemping. Akan tetapi persiapan yang mereka lakukan tetap serius yakni mencakup logistik atau makanan/minuman, peralatan dan waktu serta tempat yang akan mereka tuju.

“Jika peralatan siap, maka besoknya langsung berangkat,” ujar Rifka.

Persiapan memang menjadi kata kunci dalam kemping ini.  Makanya, kendati mereka terbiasa dadakan, harus diketahui persis kondisi di tempat kemping itu, termasuk yang kondisinya berkategori alam liar.

Pernah suatu ketika, mereka berniat kemping di Lubuk Torok, kawasan Siabu, Kampar. Di kawasan ini mereka harus tracking selama 2 jam dari area parkir kendaraan. Di tempat ini tidak ada jaringan listrik, bahkan sinyal telepon. Tapi tempat untuk kemping sangat bagus, sehingga cukup menantang.

“Hanya saja kami melihat ada jejak kaki harimau, makanya lebih baik tidak menginap karena sangat berbahaya,” ujar salah seorang founder Dadakan Adventures Hanif.

Bagi mereka, keamanan sangat penting selain peralatan logistik dan persiapan lainnya. Kehadiran “sang Datuk” tentu saja sangat membahayakan. Kebanyakan area camping ground yang mereka jelajahi ada di Kampar, mulai dari Desa Gema di Kampar Kiri Hulu, Salo, hingga sekitar Danau PLTA Koto Panjang yang memiliki banyak wilayah camping ground. Kawasan lainnya adalah Beting Aceh di Rupat Utara.

Biasanya mereka melakukan kemping antara 10 hingga 25 orang. Mereka akan share rencana di WA grup sehari sebelumnya, lalu langsung berangkat. Awalnya mereka tidak punya peralatan sendiri. Tapi dari hasil sisa perjalanan, mereka kemudian bisa membeli tenda, matras, piring makan, lampu, sleeping bag, dan lainnya.

Salah satu aspek yang penting menurut Hanif diperhatikan adalah, dengan berkemping ini mereka bisa bersahabat dengan alam. Maka pesan yang mereka lakukan adalah selalu menjaga alam dan lingkungan. Hanya saja tidak boleh salah manajemen. Boleh bermain dengan alam tetapi tidak boleh bermain-main dengan alam. Jika kondisinya berbahaya maka hendaknya menghindar, termasuk jika diindikasikan ada hewan buas, kondisi cuaca ekstrem, atau situasi alam yang sedang tidak bersahabat, dan lainnya.

Sebab jika salah manajemen dalam  mengantisipasi risiko, maka akan bahaya. Bisa hanyut dibawa arus sungai, mengalami hipotermia atau diterkam hewan buas.  “Semua risiko itu harus kita hindari,” ujar Hanif.(muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook