Healing dengan Kemping

Liputan Khusus | Minggu, 21 Mei 2023 - 10:20 WIB

Healing dengan Kemping
Healing dengan Kemping (ISTIMEWA)

Saat ini, banyak orang kantoran yang justru ingin dekat dengan alam.  Mereka berwisata alam dengan mendirikan tenda alias kemping di pinggir sungai, danau, atau area pegunungan. Bukan hotel dengan fasilitas mewahnya. Bahkan di saat-saat tertentu, kemping dilakukan tanpa fasilitas apapun, termasuk fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), listrik, atau sinyal telepon.

 


RIAUPOS.CO - Makin hari semakin banyak komunitas masyarakat yang melepas jenuh dari rutinitas dan kesibukan sehari-hari dengan berwisata ke alam. Dari komunitas organisasi kampus, anak sekolah, remaja masjid, ormas, pemuda, pegawai kantoran, ikatan keluarga, komunitas pekerja, karyawan, komunitas pengusaha, bahkan keluarga sering kali menghabiskan waktu wisata mereka ke alam dengan berkemah.

Tak hanya di tempat perkemahan yang memang disediakan fasilitas, kawasan tanpa fasilitas pun mereka gunakan. Tak hanya di belantara hutan atau alam, di belantara kota pun jadi. Ada yang pernah berkemah di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kaca Mayang, Hutan Kota di belakang GOR Tri Buana, hingga tempat yang agak jauh seperti pantai Beting Aceh di Rupat Utara.

Bahkan tak jarang ada komunitas tertentu yang dibentuk untuk kegiatan healing di alam seperti ini. Misalnya Dadakan Adventures. Komunitas ini awalnya hanya 11 orang dengan tiga founder. Saat ini anggotanya sudah mencapai 70 orang. Komunitas yang dibentuk sejak tahun 2021 ini awalnya hanya berunding sesaat, lalu besoknya langsung bergerak.

“Misalnya kami hari Jumat diskusi, lalu hari Sabtu langsung berangkat,” ujar seorang founder Dadakan Adventures, Hanif.

Dadakan Adventures selalu melakukan kemping atau berkemah dengan mencari tempat-tempat baru yang jarang dikunjungi orang. Mereka selalu memiliki perlengkapan sendiri mulai dari tenda hingga peralatan masak. Yang mereka cari adalah mendekatkan diri dengan alam. Tempatnya bisa sangat random, termasuk di RTH Kaca Mayang, tempat yang tak terbayangkan untuk berkemah. Bagi mereka, kemping merupakan salah satu cara untuk healing atau melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Kebanyakan anggota komunitas ini memang orang kantoran.

Hal yang senada diungkapkan Owner Kampung Patin Tour Rizki Hidayat. Banyak komunitas masyarakat yang menghabiskan waktunya untuk healing ke sekitar Danau PLTA Koto Panjang tempat Rizki dan rekan-rekan lainnya menyediakan jasa tour alam.

“Mayoritas mereka memang ingin berkemah atau kemping,” ujar Owner Kampung Patin Tour Rizki Hidayat, pekan lalu.

Menurut Rizki, sudah tak terhitung banyaknya orang kantor yang  melakukan gathering di sekitar PLTA koto panjang. Mereka tidak menggunakan fasilitas serbalengkap. Bukan di hotel atau villa. Mereka lebih suka berkemping dengan menggunakan kemah. Adapun standar yang digunakan adalah ada kemah, MCK, listrik, tempat evakuasi seperti gazebo, atau dekat dari kendaraan. Tujuannya, jika ada hujan lebat atau badai, maka ada tempat alternatif untuk berteduh dan bermalam.

Momen terbesar yang pernah difasilitasi Rizki dan rekan-rekannya adalah saat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Riau mengadakan acara Riau Medical Camp dan Baksos di kawasan Muara Takus. Kegiatan ini melibatkan 500 orang dokter di seluruh Riau dengan 200 tenda. Kegiatan yang dilaksanakan pada November 2022 ini sangat besar, tidak seperti biasanya. Sebelum itu, kegiatan gathering karyawan menggunakan tenda hanya maksimal 100 orang.

Tentunya diperlukan fasilitas lainnya yakni MCK, perahu, fasilitas listrik, dan lainnya, termasuk kawasan evakuasi yang lebih banyak. Ketika itu, disiapkan juga rumah-rumah warga sekitar untuk kawasan evakuasi jika keadaan darurat.

“Itu rekor kita. Selama ini tidak pernah sebanyak itu. Artinya orang-orang sibuk ini memang mulai suka berkemping,” ujar Rizki.

Sebagai operator, tentu saja Kampung Patin Tour tidak bisa melaksanakan kegiatan ini dengan sumber daya mereka sendiri. Mereka menggandeng beberapa pihak lainnya untuk menyediakan MCK mobile, listrik, tenda, katering, dan lainnya. Diperlukan juga perangkat sound system atau pelantang suara.

Paket yang diterapkan dalam perkemahan ini biasanya tidak hanya di suatu kawasan. Ada juga perjalanan. Misalnya ketika itu mereka melakukan perjalanan ke air terjun Gulamo, dengan menggunakan 20 perahu motor.

“Biasanya hanya menggunakan dua perahu, sekarang 20 perahu. Sangat banyak,” ujar Rizki.

Tak hanya Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tetapi banyak juga karyawan perusahaan, para pelajar, mahasiswa, dan kelompok pemuda yang melakukan hal sama. Hanya saja mereka berbeda-beda cara kempingnya. Jika karyawan atau kelompok mapan lainnya menghendaki fasilitas yang relatif lengkap seperti MCK, ada listrik, sound system untuk kegiatan gathering, maka kelompok pemuda atau remaja biasanya lebih bebas.

Menurut Rizki setidaknya ada tiga kelompok kemping. Pertama mereka yang baru coba-coba. Mereka ini tentunya memerlukan fasilitas kemping yang aman dan nyaman. Harus ada listrik, MCK, ada sinyal telepon, tempat evakuasi jika hujan atau badai dan dekat dengan kendaraan. Artinya mereka tidak perlu berjalan kaki atau tracking jauh untuk mengadakan acara. Cukup datang dan merasakan suasana berkemah di alam dengan pemandangan tepian Danau PLTA Koto Panjang. Bahkan fasilitator bisa menyediakan asuransi dan sudah bekerja sama dengan perusahaan asuransi.

Kedua, kelompok yang rutin datang dan menjadi loyal customer. Mereka ini kebanyakan juga ingin fasilitas kemping yang relatif nyaman. Ada kelompok masyarakat, ada juga keluarga yang masuk kategori ini.

Ketiga, mereka yang tidak punya jadwal tertentu dan relatif bebas. Bahkan mereka ini kerap mencari tempat-tempat baru untuk dieksplorasi dan tidak peduli pada fasilitas yang ada. Yang penting ada area kemping yang cukup luas, maka mereka akan berkemah di sana. Mereka tidak perlu ada MCK, listrik, bahkan sinyal telepon. Tidak jarang mereka harus melakukan tracking atau berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk mencapai areal itu yang biasanya dekat dengan wisata alam seperti air terjun atau pemandangan alam lainnya berupa sungai atau tepian danau.

“Kadang yang seperti ini tiba-tiba saja datang. Begitu gabut, langsung berangkat untuk healing,” ujarnya.


Beberapa destinasi perkemahan di sekitar PLTA koto panjang yang ramai dikunjungi adalah Danau Rusa di Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar, Hamper Land di Batu Bersurat, Kecamatan XIII Koto Kampar, Panbo Beach atau di Batu Bersurat, Kecamatan XIII Koto Kampar dan Puti Island di Desa Pulau Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar. Puti Island biasanya banyak digunakan keluarga karena fasilitasnya lebih lengkap. Puti Island ini memiliki juga fasilitas berupa kamar-kamar (cottage), kolam renang, bungalow yang mirip hotel. Bahkan ada kamar hotel terapung juga. Ada juga area permainan, termasuk flying fox. Puti Island juga punya areal untuk perkemahan. Areal perkemahan itu relatif memiliki fasilitas minimal untuk perkemahan seperti MCK, listrik, dan tempat evakuasi.
Selain itu, ada juga camping ground atau area kemping yang tidak memiliki fasilitas, tapi cukup digemari para penyuka alam bebas, misalnya camping ground Pulau Rambai di Desa Tanjung yang berada di tepian Sungai Kopu.

Rizki menyebutkan,  untuk kemping juga diperlukan beberapa persiapan dan tips. Bagi mereka yang baru memulai atau untuk kemping keluarga, maka hendaknya mencari spot yang dekat dengan kendaraan atau mobil. Mobil ini bisa menjadi area untuk evakuasi jika ada kejadian, misalnya hujan lebat atau badai. Para pemula juga hendaknya mencari spot yang memiliki fasilitas, yakni MCK dan listrik. Hal lainnya yang penting diperhatikan adalah membawa obat-obatan pribadi, termasuk antinyamuk, obat yang dimakan sehari-hari, minyak angin, dan lainnya. Berkemah juga memerlukan logistik berupa persiapan makanan dan minuman yang cukup, minimal untuk dua hari. Diperlukan juga pakaian yang memadai seperti jaket, selimut, kaos kaki dan lainnya karena bermalam di alam bebas tentu berbeda dengan bermalam di rumah atau kamar. Persiapkan juga lampu senter dan penerangan lainnya. Jika para pekemah datang menggunakan sepeda motor, maka tendanya harus lebih kokoh dibuat dan dilengkapi dengan flysheet untuk menghindari rembesan air hujan masuk ke tenda. Sehingga jika ada hujan atau angin kencang, maka sudah ada persiapan yakni tenda yang lebih kokoh, ada tempat evakuasi seperti gazebo atau masuk ke dalam kendaraan.***

Laporan Muhammad Amin, Kampar









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook