RIAUPOS.CO - Memelihara kucing tidak hanya untuk kesenangan saja. Semua orang yang ingin memelihara kucing harus memiliki sikap mental yang baik. Sebab, kucing adalah makhluk hidup yang memerlukan perhatian.
Kucing dipelihara saat dia dalam kondisi baik sehat dan menggemaskan maupun dalam kondisi sakit dan murung. Kesiapan mental ini yang diperlukan oleh mereka yang benar-benar menjadi cat lover atau pencinta kucing.
Ini pula yang diberlakukan rumah kucing Pekanbaru kepada mereka yang ingin mengadopsi kucing dari yayasan ini. Persyaratan yang dibuat yayasan ini lebih keras dibandingkan beberapa tahun yang lalu.
Sebab hasil evaluasi yang yayasan ini lakukan, ketika persyaratan untuk adopsi itu longgar, maka banyak yang mengabaikannya. Dahulu mereka pernah mengadopsi kucing dari Rumah Kucing Pekanbaru, lalu kucing itu tidak disukai salah satu anggota keluarga, maka kucing itu kembali dibuang.
“Jadi dari jalan kami pelihara, lalu ada yang mengadopsi, ternyata ditelantarkan lagi,” ujar Adriati.
Makanya kemudian yayasan ini lebih ketat dalam aturan adopsi. Misalnya yang pertama mereka harus berjanji kepada Allah agar benar-benar memelihara kucing ini dengan sepenuh hati dan konsekuensinya dosa jika menelantarkannya. Selanjutnya ada biaya sterilisasi sebanyak Rp250.000 plus obat-obatannya. Biaya itu dititipkan kepada dokter untuk sterilisasi kucing berikutnya. Perihal sterilisasi ini memang menjadi perdebatan panjang di kalangan para cat lover. Yayasan ini sendiri merupakan kelompok yang prosterilisasi. Tujuannya agar kucing yang ada bisa dipelihara dengan baik dan tidak berkembang sedemikian banyak yang menyebabkan banyak kucing telantar.
“Kalau yang kontra pada sterilisasi kucing, maka sebaiknya tidak mengadopsi kucing dari kami,” ujarnya.
Selanjutnya orang yang mengadopsi tidak boleh pilih-pilih kucing yang akan diadopsi, yang bagus yang warnanya, sesuai keinginan dan lainnya. Sebab tujuan mengadopsi kucing ini adalah memelihara dari kucing telantar. Di Rumah Kucing Pekanbaru sendiri, kucing yang telantar dan dalam kondisi baik sudah ada dengan bentuk dan asal yang berbeda sejak ditemukan. Ada kucing lokal dan ada juga kucing Persia atau kucing dari luar negeri. Cara perawatannya tentu berbeda, makanannya berbeda dan sikap terhadap mereka juga berbeda. Yayasan sendiri akan datang ke rumah orang yang berniat mengadopsi untuk memantau bagaimana tempat pemeliharaan kucing itu, apakah memadai atau tidak. Misalnya untuk kucing Persia seharusnya tidak boleh keluar dari rumah karena akan menyebabkannya lari dan bisa telantar lagi di jalan. Maka rumah adopter haruslah dipastikan kondisinya. Makanannya juga berbeda dari makanan kucing lokal. Makanya harus dipastikan orang yang mengadopsinya adalah orang yang benar-benar berniat, mampu, dan sayang pada kucing. Sebagai catatan, biaya memelihara kucing Persia bisa mencapai Rp 500 ribu per ekor per bulan.
“Kami ingin memastikan yang mengadopsi kucing-kucing ini merupakan orang yang tepat. Makanya aturan keras kami terapkan pada adopter,” ujarnya.
Dengan aturan ketat adopter itu pula yang menyebabkan banyak calon adopter mundur. Menurutnya, dari 10 calon adopter, sembilan di antaranya tidak jadi mengadopsi.
“Tapi tidak apa-apa. Lebih baik begitu daripada sudah telanjur diadopsi, lalu ditelantarkan lagi,” ujarnya.
Selain kucing yang diadopsi, para pemelihara kucing rumahan seharusnya juga memperhatikan kesejahteraan hewan ini secara lebih detail. Selain memperhatikan makanan, tempat buang air, juga kesehatannya. Jangan hanya untuk kepentingan bermain saja.(muh)